kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simpanan Valas di Perbankan Langka, Ini Penjelasan BI


Rabu, 23 November 2022 / 19:26 WIB
Simpanan Valas di Perbankan Langka, Ini Penjelasan BI
Petugas menghitung uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jakarta, Rabu (16/11/2022). Simpanan Valas di Perbankan Langka, Ini Penjelasan BI.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Simpanan valas perbankan di tanah air semakin mengering meskipun bunga acuan terus meningkat. Ini terjadi karena permintaan kredit valas yang semakin tinggi. 

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengakui telah terjadi fenomena dolar shorted atau kelangkaan dolar secara global. 

Ini terjadi akibat kenaikan agresif suku bunga The Fed dan juga imbal hasil surat utang Amerika Serikat (AS) Tinggi. 

“Ini mendorong terjadinya arus balik dari Dolar AS dari negara berkembang dan negara maju, termasuk Indonesia. Sehingga kembali ke AS, tercermin dari DXY index yang menggambarkan penguatan dolar AS terhadap mata uang dominan lainnya. Ini lah yang menyebabkan dolar shorted,” ujar Destry belum lama ini. 

Baca Juga: Bunga Deposito Bank Mulai Terkerek Akibat Suku Bunga Acuan Naik Lagi

Lanjut Destry, perbankan tanah air saat ini mencatatkan pertumbuhan kredit valas hingga 11%. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) valas hanya tumbuh sekitar 2%. Kendati demikian, Destry menyatakan secara keseluruhan jarak antara ketersediaan dana valas dan kredit itu terus membaik. 

“Karena, sumber pendanaan valas perbankan kita tidak hanya berasal dari DPK saja, ada juga non DPK yang tumbuh cukup pesat. Pada umumnya dalam bentuk pinjaman maupun repo juga. Ini jadi satu sumber pendanaan untuk kredit valas,” terang Destry. 

Namun, Destry berharap dengan investasi langsung asing alias foreign direct investment (FDI) yang naik 63% yoy per kuartal ketiga 2022. Lalu, keuntungan neraca perdagangan mencapai US$ 4,99 miliar. 

Inflow di SBN hingga Minggu November 2022, sudah ada Rp 8,8 triliun. Meskipun negatif secara year to date, paling tidak persepsi investor dari global untuk investasi di Indonesia tetap menarik,” paparnya.

Ia berharap dengan bank menawarkan suku bunga yang atraktif bisa menarik simpanan valas kembali parkir di tanah air. Ia mengaku, perbankan Indonesia memang harus bersaing dengan bank di luar negeri. 

Baca Juga: Suku Bunga Acuan Naik Lagi, Bunga Deposito Bank Mulai Terkerek

Sebagai gambaran Singapura menawarkan bunga deposito valas 3% setahun. Sementara bunga deposito valas bank lokal berkisar antara 0,75% hingga 1,75%. 

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi AS Aturridha menyatakan penyaluran kredit valas Bank Mandiri masih tetap berjalan seiring dengan demand kredit Valas dan kebutuhan ekspansi bisnis.

Kredit valas Bank Mandiri tumbuh 15,55%  year to date (YtD) dan DPK valas tumbuh positif 12,0% YtD per September 2022.

Ia menyatakan bank Mandiri secara aktif terus melakukan langkah strategis untuk menjaga likuiditas di tengah dinamika makro global. Mulai dari peningkatan suku bunga pasar dan kebutuhan ekspansi bisnis. 

“Bank Mandiri mengoptimalisasi pengelolaan likuiditas dengan strategi pricing dana secara selektif dan terukur sebagai upaya untuk mengakuisisi maupun mempertahankan DPK. Melakukan pengelolaan kontrol dan monitoring terhadap pencairan kredit valas. Memanfaatkan instrumen-instrumen Treasury dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek,” ujar Rudi kepada Kontan.co.id pada Rabu (23/11).

Baca Juga: Hingga Kuartal III 2022, LPS Sudah Jamin 494,39 Juta Rekening Nasabah Perbankan

Tujuannya, agar pengelolaan asset & liability dapat mencapai tujuan finansial dengan Cost of Fund yang terjaga dan mengontrol risiko likuiditas yang dihadapi.

Rudi menyatakan di tengah kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang signifikan dan demand kredit Valas yang meningkat sepanjang tahun 2022, Bank Mandiri dapat mengelola likuiditas Valas dengan optimal.

“Untuk tahun 2023, mempertimbangkan proyeksi bahwa penyaluran Kredit Valas akan meningkat seiring dengan kondisi bisnis dan perekonomian yang mulai bergerak kembali serta FFR yang diproyeksikan akan mulai stabil, Bank Mandiri akan terus mengkaji serta memonitor kecukupan likuiditas dari waktu ke waktu serta mengelolanya secara prudent dan optimal,” jelasnya. 

Ia menyatakan apabila dipandang terdapat kebutuhan likuiditas Valas, Bank Mandiri memiliki berbagai macam alternatif untuk melakukan pendanaan baik melalui intensifikasi strategi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). maupun pendanaan non-DPK (wholesale funding) melalui transaksi yang sifatnya bilateral dan penerbitan obligasi. 

“Namun demikian, dalam mengeksekusi strategi pendanaan tersebut, Bank Mandiri akan mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain opsi instrumen yang tersedia, timing yang tepat, serta kondisi pasar,” tutur Rudi. 

Baca Juga: Era Biaya Dana Rendah Akan Usai, Begini Persiapan Perbankan

Ia menyatakan hingga akhir September 2022 total dana pihak ketiga (DPK) valas Bank Mandiri secara bank only masih berada pada level optimal dengan pertumbuhan sebesar 15,9% secara yoy , atau sebesar US$ 13,6 Miliar.

Antara lain ditopang oleh pertumbuhan giro dan tabungan valas (CASA) yang tumbuh 11,6% secara yoy  menjadi US$11,0 Miliar pada akhir September 2022.

Sedangkan Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Aestika Oryza Gunarto menyatakan BRI tetap fokus pada peningkatan dana murah alias CASA valas. Hingga, September 2022, rasio CASA valas BRI mencapai 63,8%, lebih tinggi dibandingkan  posisi yang sama tahun lalu 47,43%.

“DPK valas cukup manageable dan tetap aktif mendukung pertumbuhan kredit, dengan loan to deposit (LDR) valas September 2022 sebesar 59,97%. Saat ini DPK valas BRI memiliki komposisi 13,61% terhadap total DPK BRI,” ujar Aestika kepada Kontan.co.id pada Rabu (23/11). 

Lanjutnya, khusus giro dan tabungan valas mengalami pertumbuhan tertinggi masing-masing sebesar 29% dan 42% secara tahunan pada akhir September 2022.

Baca Juga: Bank Bersiap Menghadapi Tekanan Biaya Dana

Ia melihat kenaikan Fed Fund Rat hingga mencapai level 3,75% hingga 4,00% dapat menjaga dan berpotensi meningkatkan dana off-shore yang akan ditempatkan pada perbankan atau instrumen investasi domestik. 

“Dalam merespons kenaikan suku bunga pasar, BRI secara bertahap dan terukur melakukan kajian penyesuaian suku bunga simpanan dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas pasar, struktur biaya dana, dan kondisi pasar,” jelasnya.

Ia menekankan, Strategi BRI dalam menumbuhkan bisnis perbankan tetap salah satunya dengan melakukan transformasi di bidang digital. Mulai dari pengembangan super apps BRImo pada fitur transaksi valas atau transfer internasional dan konversi valas dan penguatan bisnis berbasis platform BRIFAST Remittance.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×