Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
Tujuannya, agar pengelolaan asset & liability dapat mencapai tujuan finansial dengan Cost of Fund yang terjaga dan mengontrol risiko likuiditas yang dihadapi.
Rudi menyatakan di tengah kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang signifikan dan demand kredit Valas yang meningkat sepanjang tahun 2022, Bank Mandiri dapat mengelola likuiditas Valas dengan optimal.
“Untuk tahun 2023, mempertimbangkan proyeksi bahwa penyaluran Kredit Valas akan meningkat seiring dengan kondisi bisnis dan perekonomian yang mulai bergerak kembali serta FFR yang diproyeksikan akan mulai stabil, Bank Mandiri akan terus mengkaji serta memonitor kecukupan likuiditas dari waktu ke waktu serta mengelolanya secara prudent dan optimal,” jelasnya.
Ia menyatakan apabila dipandang terdapat kebutuhan likuiditas Valas, Bank Mandiri memiliki berbagai macam alternatif untuk melakukan pendanaan baik melalui intensifikasi strategi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). maupun pendanaan non-DPK (wholesale funding) melalui transaksi yang sifatnya bilateral dan penerbitan obligasi.
“Namun demikian, dalam mengeksekusi strategi pendanaan tersebut, Bank Mandiri akan mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain opsi instrumen yang tersedia, timing yang tepat, serta kondisi pasar,” tutur Rudi.
Baca Juga: Era Biaya Dana Rendah Akan Usai, Begini Persiapan Perbankan
Ia menyatakan hingga akhir September 2022 total dana pihak ketiga (DPK) valas Bank Mandiri secara bank only masih berada pada level optimal dengan pertumbuhan sebesar 15,9% secara yoy , atau sebesar US$ 13,6 Miliar.
Antara lain ditopang oleh pertumbuhan giro dan tabungan valas (CASA) yang tumbuh 11,6% secara yoy menjadi US$11,0 Miliar pada akhir September 2022.
Sedangkan Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Aestika Oryza Gunarto menyatakan BRI tetap fokus pada peningkatan dana murah alias CASA valas. Hingga, September 2022, rasio CASA valas BRI mencapai 63,8%, lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun lalu 47,43%.
“DPK valas cukup manageable dan tetap aktif mendukung pertumbuhan kredit, dengan loan to deposit (LDR) valas September 2022 sebesar 59,97%. Saat ini DPK valas BRI memiliki komposisi 13,61% terhadap total DPK BRI,” ujar Aestika kepada Kontan.co.id pada Rabu (23/11).
Lanjutnya, khusus giro dan tabungan valas mengalami pertumbuhan tertinggi masing-masing sebesar 29% dan 42% secara tahunan pada akhir September 2022.
Baca Juga: Bank Bersiap Menghadapi Tekanan Biaya Dana
Ia melihat kenaikan Fed Fund Rat hingga mencapai level 3,75% hingga 4,00% dapat menjaga dan berpotensi meningkatkan dana off-shore yang akan ditempatkan pada perbankan atau instrumen investasi domestik.
“Dalam merespons kenaikan suku bunga pasar, BRI secara bertahap dan terukur melakukan kajian penyesuaian suku bunga simpanan dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas pasar, struktur biaya dana, dan kondisi pasar,” jelasnya.
Ia menekankan, Strategi BRI dalam menumbuhkan bisnis perbankan tetap salah satunya dengan melakukan transformasi di bidang digital. Mulai dari pengembangan super apps BRImo pada fitur transaksi valas atau transfer internasional dan konversi valas dan penguatan bisnis berbasis platform BRIFAST Remittance.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News