Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana saham terkoreksi di bulan Mei 2023. Tekanan itu tidak terlepas dari kondisi pasar saham yang tengah bergejolak akibat sentimen global.
Direktur PT BNP Paribas Asset Management Djumala Sutedja mengamati, faktor penekan pasar saham berasal dari sektor komoditas, dimana harga komoditas menurun dari euforia harga yang tinggi di tahun lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga dipengaruhi kekhawatiran pelaku pasar akan melemahnya ekonomi global.
Mengutip data Infovesta Kapital Advisori, IHSG sebagai underlying asset reksadana saham tertekan hingga 4,08% month on month (MoM) di bulan Mei 2023.
Sejalan dengan koreksi IHSG, kinerja reksadana saham yang tercermin dari Infovesta Equity Fund Index terkoreksi 1,49% MoM di bulan Mei 2023.
Baca Juga: Tingkat Literasi Digital Rendah, BNP Paribas, Citi Indonesia dan PJI Berikan Edukasi
Kendati demikian, penurunan tersebut setidaknya masih didiukung oleh moncernya sejumlah sektor yang memiliki eksposur terhadap ekonomi dalam negeri diantaranya sektor perbankan dan telekomunikasi.
Kondisi makro ekonomi Indonesia masih positif yang terlihat dari kinerja perseroan selama kuartal I-2023, arus dana asing yang masuk, serta nilai tukar mata uang Rupiah yang relatif kuat dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
Sektor perbankan dan sektor telekomunikasi turut memberikan kontribusi positif terhadap performa produk reksadana BNP Paribas. Secara bulanan, produk reksadana saham BNP Paribas Indonesia ESG Equity Kelas RK1 mencatatkan return sebesar 3,98% MoM pada Mei 2023.
Reksadana yang baru diluncurkan Maret 2023 tersebut diisi oleh portofolio investasi diantaranya saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), hingga instrumen obligasi FR0078.
Namun, produk reksadana saham BNP Paribas lainnya sebenarnya juga tidak terlepas dari tekanan pasar saham seperti BNP Paribas Infrastruktur Plus dan BNP Paribas Ekuitas yang masing-masing koreksi 0,19% MoM dan 1,16% MoM pada Mei 2023.
Djumala mengatakan, permintaan kredit terus meningkat dengan rasio kredit bermasalah yang terus menurun membuat profitabilitas sektor perbankan semakin baik.
Sementara, saham sektor telekomunikasi didukung oleh meningkatnya harga dan trafik penggunaan data yang membantu menopang kinerja operator telekomunikasi.
Memasuki semester kedua 2023, sektor konsumer diperkirakan bakal menjadi sektor menarik selanjutnya seiring dengan menurunnya harga bahan pokok dan beban logistik.
Ditambah lagi, musim politik yang semakin dekat akan memberikan kontribusi untuk sektor konsumer, mengingat tingkat pengeluaran dan belanja akan cenderung meningkat.
“Kami melihat pasar saham masih memiliki prospek yang baik di semester kedua tahun ini seiring dengan kondisi makro ekonomi yang baik dan nilai tukar mata uang Rupiah yang terjaga,” jelas Djumala kepada Kontan.co.id, Jumat (9/6).
Menurut Djumala, risiko volatilitas dari potensi pelemahan ekonomi global dapat terminimalisir oleh belanja fiskal yang diprediksi akan menguat di paruh kedua tahun ini.
Baca Juga: Intip Strategi BNP Paribas Kelola Aset Reksadana Saham
Hal tersebut akan memberikan dampak positif terhadap konsumsi dalam negeri yang secara kontribusi lebih dari 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Di tengah kondisi seperti ini, investasi reksadana yang berbasis Environmental Social Governance (ESG) dianggap memiliki potensi yang menarik. Sebab, kinerja indeks berbasis ESG memiliki tingkat volatilitas lebih rendah dibandingkan indeks non ESG, terutama ketika volatilitas pasar meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News