kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suku bunga AS naik, ini langkah antisipasi BI


Rabu, 16 Juli 2014 / 15:03 WIB
Suku bunga AS naik, ini langkah antisipasi BI
ILUSTRASI. Harga Emas Antam dan UBS Hari Ini (13/2) di Pegadaian Stagnan. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

BALI. Pernyataan pimpinan the Federal Reserve Janet Yellen di hadapan Kongres AS dan di depan House Committee on Financial Services yang menyatakan bahwa suku bunga akan dinaikkan lebih cepat dari prediksi awal apabila data-data ekonomi terbaru terkait lapangan kerja menunjukkan perbaikan, tentu akan berdampak kepada negara-negara lain, termasuk negara berkembang seperti Indonesia.

Untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga Fed Rate, Bank Indonesia telah menyiapkan tiga langkah antisipatif. Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan, langkah pertama yang dilakukan oleh bank sentral adalah melakukan penguatan policy mix antara kebijakan moneter dan makroprudensial. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan stabilitas moneter dan sistem keuangan Indonesia.

Perry menambahkan, otoritas moneter akan terus memantau dan mengawasi sikap yang diambil oleh The Fed terkait percepatan kenaikkan suku bunga Fed fund rate. Menurutnya, selama ini BI mempelajari bahwa pemberian stimulus quantitative easing yang dilakukan oleh The Fed akan berakhir pada Oktober 2014. The Fed akan mulai menaikkan tingkat suku bunga Fed fund rate mulai pertengahan tahun depan.

Perry memprediksi, Fed fund rate akan mulai naik pada triwulan III-2015 sebesar 50 bps dan pada triwulan IV-2015 naik sebesar 25 bps. "Hal itu yang kami antisipasi. Tapi yang akan dilakukan oleh The Fed adalah berdasarkan data pertumbuhan ekonomi AS. Kalau datanya membaik, akan lebih hawkish (agresif tanpa kompromi), kalau datanya memburuk akan dovish," ucap Perry.

Perry mengungkapkan, kondisi risk on dan risk off inilah yang akan dihadapi Indonesia mulai saat ini sampai dengan tahun depan, terkait ketidakpastian kondisi ekonomi Amerika Serikat dan juga kondisi pertumbuhan ekonomi global. Bank sentral, lanjutnya, akan terus memantau perkembangan terkait Fed fund rate AS dan akan melakukan stabilisasi di pasar.

Karena itu, BI akan terus melakukan pemantauan dan stabilisasi terhadap nilai tukar, memantau perkembangan mekanisme pasar dapat berjalan baik dan melakukan pendalaman pasar. Hal itu dilakukan dalam rangka menopang pasar keuangan Indonesia agar lebih terbiasa dalam menghadapi risk on risk off ini.

"Itu konteks yang akan dilakukan Bank Indonesia dalam salah satu bauran kebijakan. Jadi satu yang kami lakukan memperkuat bauran kebijakan termasuk suku bunga (BI rate), nilai tukar, pengendalian arus modal asing maupun makroprudensial," katanya.

Langkah kedua adalah melakukan koordinasi moneter dan fiskal. Langkah ini dilakukan diantaranya dengan mengendalikan inflasi serta mengurangi defisit pada current account atau neraca transaksi berjalan.

"Tujuan koordinasi adalah mengendalikan inflasi dan menurunkan CAD, sehingga stabilitas ekonomi Indonesia tetap terjaga dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan keuangan global," ujar Perry.

Sementara itu, langkah ketiga adalah dengan mempercepat kebijakan reformasi struktural dengan bekerjasama dengan pemerintah agar kapasitas produksi nasional bisa lebih baik dalam menghadapi perubahan situasi dan kondisi ekonomi dan keuangan global.

Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi dunia yang memang mulai menggeliat, persaingan semakin kuat, maka mau tidak mau Indonesia harus mempercepat pembangunan infrastruktur. Selain itu, Indonesia juga harus mulai meningkatkan kapasitas produksi supaya impor dapat dikurangi dan ekspor bisa membaik.

Sehingga pertumbuhan ekonomi bisa naik lebih tinggi. Tingkat daya saing pun harus ditingkatkan. "Jadi tiga langkah ini adalah untuk antisipasi, terkait Fed fund rate," kata Perry.

Lebih lanjut Perry mengungkapkan, kondisi pasar selama ini sudah cukup resilience, jika dibandingkan dengan pertengahan tahun lalu saat Pemerintah AS mengumumkan tapering off. Menurut Perry, dampak terberat sudah dihadapi oleh pasar keuangan Indonesia.

Karena itu, saat ini keuangan Indonesia sudah mulai melakukan penyesuaian. Mekanisme pasar keuangan pun sudah berjalan dengan baik, seperti adanya pendalaman pasar keuangan.

Bank Indonesia terus memperkenalkan pendalaman pasar keuangan seperti Jisdor, mini repo agreement, transaksi lindung nilai atau hedging. Bank sentral dalam waktu dekat juga akan memperkenalkan beberapa langkah pendalaman pasar keuangan lainnya seperti netting dan juga hedging jangka menengah panjang.

Menurut Perry, berbagai upaya pendalaman pasar keuangan tersebut dilakukan dalam rangka memperkuat resiliency dari pasar keuangan Indonesia. "Sekarang dengan adanya Jisdor, pergerakan pasar, suplai demand berjalan. Bahkan NDF Singapura sering lebih kuat daripada nilai tukar di dalam negeri. Jadi kami akan terus berupaya memperdalam dan memperkuat pasar keuangan tanah air," ucap Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×