Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi pasar uang antar bank (PUAB) diperkirakan akan semakin meningkat di tahun 2024 ini setelah BI mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6,25%.
Kendati Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat, pada Maret 2024 volume rata-rata harian (RRH) transaksi PUAB Rupiah overnight mencapai Rp 11,05 triliun dengan suku bunga IndOnia tercatat di level 5,89%. Secara volume, posisi PUAB tersebut sedikit menurun dibanding bulan sebelumnya yang mencapai Rp 13,86 triliun dengan suku bunga rata-rata di level 5,91%.
Perkembangan volume transaksi PUAB dipengaruhi oleh kondisi likuiditas yang masih memadai dan langkah stabilisasi yang ditembuh bank sentral. Pada periode yang sama, volume RRH transaksi PUAB valas overnight mencapai US$ 115,58 juta. Volume RRH PUAB valas mengalami peningkatan dibanding posisi bulan sebelumnya sebesar US$88,33 juta.
Baca Juga: Suku Bunga BI Naik, Begini Dampaknya pada Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2024
Adapun PT Bank Central Asia (BCA) mencatat, per Maret 2024, volume transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Rupiah BCA meningkat secara tahunan (YoY). Kendati tidak dibeberkan lebih rinci berapa peningkatan volume transaksinya.
Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn mengatakan, kenaikan BI rate juga akan berdampak pada kenaikan suku bunga PUAB.
"Bank dalam mengelola likuditas akan memanfaatkan semua instrumen yang ada di pasar, tidak hanya dengan PUAB namun bisa juga dengan instrumen Repo. Ke depannya, penggunaan instrumen repo ini akan terus meningkat seiring dengan semakin berkembangnya pasar keuangan di Indonesia," jelasnya kepada kontan.co.id.
Hera menerangkan, pada prinsipnya, pihaknya senantiasa akan mengelola likuiditas secara pruden serta mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam penerapan manajemen risiko.
BCA berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat.
Sementara VP Treasury Division Head BTN, Sindhu Rahadian Ardita juga mengatakan, pada periode setelah kenaikan BI Rate terdapat peningkatan yang wajar atas transaksi antar Bank khususnya dalam hal penempatan di bank lain melalui mekanisme interbank call money maupun repo.
"Hal ini karena kebutuhan likuiditas perbankan pada market masih sangat tinggi dan Bank BTN berupaya untuk berperan aktif dalam Pasar Uang. Hal ini juga didukung oleh likuiditas Bank BTN yang masih sangat memadai dan stabil," ungkapnya.
Sindhu mengatakan, meskipun terjadi kenaikan BI Rate, Bank BTN sangat optimis terhadap perkembangan kondisi ekonomi saat ini, hal ini tentu akan berdampak pada peningkatan transaksi PUAB dibandingkan dengan tahun lalu.
"Bank BTN juga akan mengoptimalkan penyaluran sumber-sumber likuiditas tidak hanya pada Kredit, Investasi Surat Berharga, namun juga pada transaksi Pasar Uang Antar Bank," katanya.
Sindhu menyebut, Bank BTN tidak memiliki target secara spesifik, transaksi PUAB akan dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan dan likuiditas. Bank BTN akan mendorong peningkatan transaksi Repo seiring dengan upaya Bank Indonesia untuk memperluas pengembangan pasar uang.
Baca Juga: Di Persimpangan Menuju Pengetatan Likuiditas
Menurutnya, rencana Bank BTN untuk memaksimalkan dan mengoptimalkan peluang tidak terbatas pada transaksi PUAB, tapi juga transaksi Repo dan instrumen-instrumen BI (SRBI, SVBI) dengan tetap menjaga kesehatan Likuiditas Bank BTN.
Di sisi lain, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengaku transaksi PUAB di BRI cenderung mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya transaksi repo.
"BRI mendukung implementasi Blueprint Pengembangan Pasar Uang (BPPU) 2025 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia khususnya terkait pengembangan transaksi repo, maka dari itu transaksi PUAB di BRI cenderung mengalami penurunan," ujar Hendy.
BRI telah melakukan transaksi PUAB sebesar Rp 67,32 triliun hingga akhir April 2024, nilai transaksi PUAB tersebut terkontraksi sebesar 22,32% secara yoy dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Walau demikian Hendy menyebut, tren PUAB ke depan diperkirakan relatif stabil seiring dengan kebijakan Bank Indonesia yang mendorong pendalaman pasar keuangan melalui transaksi repo. Adapun target PUAB bank BRI pada tahun 2024 menyesuaikan dengan arah kebijakan Bank Indonesia tersebut.
"BRI mendukung akselerasi pendalaman pasar keuangan Bank Indonesia salah satunya dengan meningkatkan jumlah General Master Repurchase Agreement (GMRA) sebagai sebuah perjanjian standar untuk transaksi repo," ucap Hendy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News