Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan syariah mengoptimalkan peluang kenaikan suku bunga dalam memicu penyaluran pembiayaan syariah. Sebab, bank syariah ini menawarkan margin yang tetap sepanjang masa KPR.
Berbeda dengan bank konvensional yang memberikan KPR dengan bunga pemanis tetap dalam satu hingga tiga tahun pertama. Selesai masa itu, maka bunga KPR bank konvensional akan mengikuti pergerakan suku bunga acuan.
Direktur Syariah PT Bank CIMB NIaga Tbk, Niaga Pandji P. Djajanegara mengaku tren kenaikan suku bunga memang lebih menguntungkan bila menggunakan KPR Syariah. Ia menyatakan lewat seka syariah, nasabah bisa memilih yang angsuran tetap sampai lunas bila menggunakan skema murabahah.
Baca Juga: Penyaluran KPR Bank Mandiri (BMRI) Capai Rp 47,9 Triliun Hingga Oktober 2022
Atau bisa memilih angsurannya bisa disesuaikan yang formula penjelasannya disepakati di awal bila memilih skema Musyarakah Mutanaqisah (MMQ) dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT).
“Permintaan pembiayaan KPR Syariah CIMB Niaga tetap masih tinggi meskipun ada kenaikan suku bunga acuan dari BI. KPR Syariah CIMB Niaga tumbuh 18,7% secara tahunan atau year on year (YoY) dari September 2021 ke 2022,” ujar Pandji kepada Kontan.co.id pada Rabu (19/10).
Ia optimis sejak Oktober hingga akhir tahun ini, penyaluran pembiayaan KPR Syariah CIMB Niaga masih akan tetap baik. Ia memproyeksi penyaluran pembiayaan KPR Syariah sebesar Rp 1,7 triliun hingga akhir 2022.
“Sehingga proyeksi kami total penyaluran pembiayaan KPR Syariah CIMB Niaga untuk Th 2022 adalah sebesar Rp 6 triliun. Guna mencapai target tersebut kami membuat program marketing, program untuk developer dan property agent dan memaksimalkan penjualan KPR Syariah melalui cabang CIMB Niaga Konvensional,” paparnya.
Sedangkan Direktur Bisnis Ritel Bank Muamalat Purnomo B. Soetadi menyatakan KPR Syariah memiliki kelebihan kepastian pembayaran dan margin dari awal kesepakatan akad. Oleh sebab itu, Bank Muamalat memacu bisnis KPR Syariah dengan menggandeng Perum Perumnas dengan target penyaluran pembiayaan hingga Rp 500 miliar.
“Jadi isunya bukan tinggi atau rendah bunga atau margin yang ditawarkan. Tapi sesuatu yang kita sudah tahu sehingga bisa antisipasi ke depannya saya tahu harus menyisihkan sekian rupiah per bulan,” katanya.
Ia optimis penyaluran ini bisa lebih aman karena menyasar nasabah payroll. Adapun saat ini, rasio pembiayaan bermasalah KPR Syariah Bank Muamalat sekitar 1% lantaran menyasar segmen payroll.
Adapun PT Bank Syariah Indonesia Tbk mencatatkan penyaluran pembiayaan BSI Griya per awal Oktober 2022 mencapai angka Rp 44,9 triliun. Nilai itu mengalami tumbuh 13% secara yoy dibandingkan posisi yang sama tahun lalu.
Guna memacu penyaluran KPR syariah, BSI menggandeng Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera). Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna bilang target dari kerja sama ini akan membidik dalam segmen Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) segmen ASN di Aceh.
Ia menyatakan merupakan salah satu provinsi yang menjadi fokus BSI dalam penyaluran KPR Sejahtera FLPP dan produk KPR Tapera Syariah, mengingat di provinsi ini masih terjadi backlog yang cukup besar yaitu sekitar 18.000. “Karena itu, BSI akan terus berupaya meminimalisir backlog tersebut dengan menyalurkan pembiayaan untuk penyediaan hunian yang layak bagi masyarakat Aceh,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News