Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus Commonwealth Bank of Australia (CBA) yang kehilangan akun data nasabah sebanyak hampir 20 juta pada 2016 silam menjadi pukulan terbaru bagi bank terbesar asal Australia ini.
Dalam video YouTube, kepala layanan perbankan ritel CBA, Angus Sullivan, mengatakan, pihaknya pada Mei 2016 itu telah kehilangan dua pita magnetik yang berisi data selama 15 tahun ke belakang yang terdiri dari nama pelanggan, alamat dan nomor akun untuk 19,8 juta akun.
Rekaman itu seharusnya dimusnahkan, tapi CBA tidak bisa memastikan rekaman itu hancur dengan aman. "Rekaman itu tidak mengandung PIN, kata sandi atau data lain yang dapat memungkinkan penipuan akun," katanya seperti dikutip Reuters.
Bagaimanapun juga ini menimbulkan pertanyaan apakah kasus ini akan berdampak terhadap cabang bank ini di negara-negara lain termasuk Indonesia?
Lauren Sulistiawati, Presiden Direktur PT Bank Commonwealth menjelaskan, memang benar pada bulan Mei 2016 Commonwealth Bank of Australia telah melapor kepada regulator Australia mengenai penyedia jasa yang tidak dapat memberikan konfirmasi pemusnahan pita magnetik yang berisi riwayat rekening nasabah.
Namun menurutnya tidak ada bukti bahwa informasi nasabah tersebut disalahgunakan. "Meski begitu di dalam rekaman tersebut tidak termasuk data-data rekening nasabah PT Bank Commonwealth Indonesia," ujar Lauren kepada KONTAN, Jumat (4/5).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News