kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tak Cuma Bonus & Tantiem, Kepemilikan Saham Ikut Dongkrak Kekayaan Bankir Papan Atas


Jumat, 15 Maret 2024 / 18:43 WIB
Tak Cuma Bonus & Tantiem, Kepemilikan Saham Ikut Dongkrak Kekayaan Bankir Papan Atas
ILUSTRASI. Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Musim pembagian dividen turut mendongkrak kinerja saham-saham perbankan. Alhasil, bankir-bankir yang menduduki posisi direksi maupun komisaris mendapat dobel keuntungan, dari dividen hingga capital gain.

Kondisi tersebut pun turut berkontribusi terhadap kekayaan para bankir ini. Di mana, mereka juga sudah mendapatkan bonus maupun tantiem atas kinerja mereka membawa bank yang dipimpin mendapatkan keuntungan besar.

Berdasarkan riset KONTAN, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi yang banyak membawa direksi maupun komisarisnya menjadi 10 bankir terkaya dari kepemilikan saham di perusahaan yang mereka pimpin. Hanya ada satu nama nyempil yang merupakan Direktur Utama PT Bank Jago Tbk (ARTO) Arief Harris Tanjung.

1B508F3C-5E52-4CB6-A1CD-7E87E5A8B689.jpeg
sumber: riset KONTAN

Di posisi tiga besar, bankir terkaya berasal dari kepemilikan saham di tambah tantiem diisi oleh direksi dan komisaris BBCA. Teratas, ada nama Presiden Komisaris BBCA Djohan Emir Setijoso yang diperkirakan memiliki kekayaan sekitar Rp 1,15 triliun.

Selanjutnya, Presiden Direktur BBCA Jahja Setiaatmadja juga mampu memiliki kekayaan senilai Rp 380,79 miliar. Mayoritas berasal dari capital gain senilai Rp 333,11 miliar atas kepemilikan sahamnya sekitar 32,81 juta saham BBCA.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Multiguna Diproyeksikan Meningkat Pada Ramadan dan Lebaran 2024

Di posisi ketiga, ada Tan Ho Hien Subur atau dikenal juga Subur Tan yang memiliki 10,35 juta saham BBCA. Kekayaannya dari situ ditambah bonus atau tantiem bisa mencapai Rp 146,68 miliar

Dari kekayaannya tersebut Jahja mengungkapkan bahwa keuntungan tersebut bukan berarti dirinya bakal terus menambah kepemilikan sahamnya di BBCA.  Di mana, kepemilikan sahamnya di bank tersebut lebih banyak berasal dari remunerasi.

”Investasi tidak boleh di satu basket, harus bisa disebar. Tidak boleh serakah,” ujarnya kepada KONTAN, Kamis (14/3).

Tak hanya itu, Jahja tampaknya juga belum memiliki rencana untuk melakukan profit taking atas kepemilikan sahamnya tersebut. Meskipun, BBCA sudah naik 7,98% sepanjang tahun berakhir dan kini bertengger di level Rp 10.150 per saham.

Sebelumnya, Ia mengungkapkan bahwa sudah sangat jarang menjual sebagian kepemilikan sahamnya. Jikalau ada penjualan, lebih karena jika ada kebutuhan cashflow.

”Nanti juga harus lapor kalau memang saya melakukan profit taking,” tambahnya.

Sedikit berbeda, Subur Tan terpantau telah melakukan penjualan di awal tahun ini. Di mana, ia menjual kepemilikan sahamnya sekitar satu juta saham sehingga kini mengempit 10,35 juta saham.

Subur menjual sebagian sahamnya tersebut ketika BBCA berada di harga Rp 9.650. Artinya, ia mendapatkan dana sekitar Rp 9,65 miliar dengan tujuan transaksi hanya disebutkan sebagai penjualan.

Sementara itu, Alexandra Askandar menjadi bankir terkaya yang berasal dari kalangan bank pelat merah. Wakil Direktur Utama BMRI tersebut sekaligus menjadi yang memiliki alokasi saham di bank tersebut terbanyak atau sekitar 9,24 juta saham.

Baca Juga: Laba Bersih Bank Raya Melejit di Tahun 2023

Dengan kepemilikan saham tersebut ditambah tantiem dan dividen yang diterima, salah satu srikandi BUMN tersebut mampu mencatatkan kekayaan sekitar Rp 118,09 miliar.

Selanjutnya, ada Riduan yang baru-baru ini didapuk sebagai Direktur Corporate Banking BMRI diperkirakan memiliki kekayaan sekitar Rp 117,12 miliar dari kepemilikan sahamnya ditambah dividen dan bonus.

Mantan Direktur Commercial Banking BMRI ini juga cukup aktif menambah kepemilikan sahamya di bank berlogo pita emas ini. Di Februari 2024, Riduan memborong saham BMRI dalam tiga kali transaksi dengan merogoh kocek sekitar Rp 2,16 miliar.

Bicara tentang menambah kepemilikan saham, Direktur Kepatuhan dan SDM BMRI Agus Dwi Handaya juga baru saja menambah kepemilikan sahamnya menjadi 8,60 juta saham, sepekan sebelum pengumuman dividen BMRI.

Agus tercatat menambah kepemilikan sahamnya sekitar 143.000 saham dengan merogoh dana sebesar Rp 1,01 miliar. Sehingga, kekayaannya sekarang bisa mencapai Rp 113,23 miliar dan masuk dalam 10 besar.

Pengamat Pasar Modal Budi Frensidy mengungkapkan bahwa sejatinya manajemen bank tidak memiliki kewajiban mempunyai saham dari perusahaan tempat mereka memimpin. Namun, jika mereka memilikinya, hak yang ada menjadi sama seperti pemegang saham lainnya yaitu terima dividen capital gain, dan profit taking.

“Yang tidak boleh adalah manipulasi pasar dan insider trading,” ujarnya.

Sementara, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin mengungkapkan bahwa itu sudah menjadi hak bagi jajaran direksi maupun komisaris memiliki kekayaan dari kepemilikan saham tersebut.

Menurutnya, direksi dan komisaris memegang tanggung jawab besar dalam bank yang dipimpinnya. Oleh karenanya, itu dianggap sebagai hasil dari kerja keras yang telah dilakukan.

”Asalkan memang kinerja banknya bagus,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×