kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tak cuma diversifikasi, bersinergi dengan start up bisa menopang pertumbuhan


Rabu, 23 September 2020 / 20:59 WIB
Tak cuma diversifikasi, bersinergi dengan start up bisa menopang pertumbuhan
ILUSTRASI. Ilustrasi keuangan digital. KONTAn/Muradi/2017/04/18


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA Dua tahun terakhir ini perusahaan besar di Indonesia, seperti PT Astra International Tbk, Bank Central Asia (BCA), PT Telkom Indonesia Tbk, Bank Rakyat Indonesia  (BRI   berinvestasi di perusahaan digital atau start up.  Mereka siap mengucurkan dana besar. 

Shinta Witoyo Dhanuwardoyo, pendiri Nusantara Venture dan bubu.com mengatakan,  selain melihat potensi sinergi dengan bisnis inti usaha, perusahaan-perusahaan raksasa itu juga mencari pertumbuhan.  Mereka   harus melakukan investasi di bidang teknologi. Sebab mereka semua memiliki banyak bisnis yang harus didigitalisasikan. “Jika Astra, Telkom atau BCA masuk ke startup, harus bisa mendukung usaha yang selama ini sudah mereka jalankan. Jadi selain diversifikasi usaha perusahaan tersebut juga mencari sinergi,” terang Shinta, dalam keterangan tertulis, Rabu (23/9).

Contohnya Telkom. Dengan berinvestasi di perusahaan startup, Telkom Group yang memiliki networking yang besar serta pelanggan yang banyak  dapat memperkenalkan aplikasi  yang dibuat oleh perusahaan rintisan tersebut.  Menurut Shinta jika perusahaan tidak berkolaborasi atau sinergi dengan perusahaan rintisan digital, mereka akan tertinggal.  “Startup memiliki kemampuan yang jauh lebih cepat mengubah bisnis model ketimbang perusahaan konvensional,”ujar Shinta.

Shinta memberikan contoh, salah satu startup Nusantara Venture dan bubu.com yaitu DOOgether. Startup ini menyediakan layanan booking tempat olah raga. Di masa pandemi tempat olahraga harus tutup. Solusinya, DOOgether mengubah bisnis menjadi kelas online. 

Perusahaan rintisan ini mampu mengindentifikasi kebutuhan masyarakat. Lantaran mampu mengidentifikasi inilah, start up decacorn seperti Grab dan Gojek masih bisa bertahan di kala pandemi dan resesi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×