Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan terus memacu transaksi uang elektronik. Menyaingi perusahaan teknologi finansial, beragam fitur pembayaran turut diperluas.
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI, anggota indeks Kompas100) misalnya mulai meluaskan akseptasi uang elektronik berbasis cip miliknya yang bertajuk eMoney. Perseroan terus berupaya memperluas ekosistem non tunai dibanding asar utamanya di sektor transportasi, gerai ritel, maupun perparkiran.
“Peningkatan layanan ini dilakukan dalam bentuk menciptakan ekosistem non tunai dengan memperluas kerja sama merchant yang menerima pembayaran e-money, hingga membangun cashless society di berbagai sektor bisnis yang dekat dengan masyarakat seperti pasar, sekolah, tempat wisata,” ujar SEVP Transaction Banking and Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi kepada Kontan.co.id.
Selain peningkatan akseptasi, perseroan juga turut memperluas jaringan pengisian ulang saldo eMoney, mulai dari gerai ritel, kantor pos hingga platform dagang elektronik.
Hingga April 2019, jumlah eMoney yang beredar sendiri telah mencapai 18 juta kartu, dengan pertumbuhan mencapai 27% (yoy). Sedangkan nilai transaksi yang diperoleh sepanjang 2019 hingga Mei telah mencapai Rp 6,3 triliun, tumbuh 7% (yoy) dibandingkan periode serupa tahun lalu.
“Bank Mandiri selalu berkomitmen untuk meningkatkan aktivitas transaksi cashless dan terus melakukan inovasi dengan tujuan utama meningkatkan pelayanan uang elektronik bagi pengguna,” jelasnya.
Hal serupa juga ikut dilakukan kompatriotnya, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI, anggota indeks Kompas100) yang miliki produk uang elektronik berbasis cip miliknya yakni Brizzi.
“Saat ini BRI sedang memperluas akseptasi penggunaan Brizzi. Salah satu strategi yang dijalankan selain menambah penggunaan di jalan tol dan moda transportasi adalah ke jasa perparkiran dengan cara menjalin kerjasama dengan pihak penyelenggara jasa parkir bonafid seperti Secure Parking, Centerpark, dan ISS,” kata Sekretaris Perusahaan BRI Bambang Tri Baroto kepada Kontan.co.id.
Hingga Mei 2019, peredaran Brizzi disebut Bambang telah mencapai 13,64 juta, tumbuh 3,37 juta atau setara 32,85% (yoy) dibandingkan periode serupa. Sedangkan value transaksinya mencapai 287,49 juta kali, atau tumbuh 180,98% (yoy).
Selain uang elektronik berbasis cip, baik Bank Mandiri dan BRI bersama dua bank pelat merah lainnya kini juga telah menggabungkan uang elektronik berbasis server miliknya ke platform LinkAja. Namun LinkAja diselenggarakan PT Fintek Karya Nusantara (Finarya), bukan oleh masing-masing bank lagi.
Sementara sepanjang Januari-April 2019, Bank Indonesia mencatat transaksi uang elektronik mencapai 1,44 miliar kali transaksi senilai Rp 31,41 triliun. Jumlah transaksi tersebut meningkat signifikan 76,97% (yoy) dibandingkan transaksi pada periode yang sama pada 2018 sebanyak 816,02 juta kali. Sedangkan nilai transaksinya tumbuh hampir mencapai 129,91% (yoy) dar Rp 13,66 triliun.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam jumpa pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan lalu menyatakan PJSP non perbankan menjadi penopang terbesar pertumbuhan transaksi uang elektronik.
Dari catatan bank sentral juga disebutkan, pengguna uang elektronik yang diterbitkan non bank sejatinya jauh unggul daripada yang diterbitkan perbankan. Pengguna uang elektronik non bank mencapai kisaran 113,5 juta, sementara yang berasal dari bank cuma 60,3 juta.
Pengguna uang elektronik non bank juga diketahui lebih loyal lantaran rata-rata transaksi mereka mencapai Rp 33.000, sedangkan uang elektronik dari bank cuma punya rata-rata transaksi Rp 13.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News