Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
Sementara itu, sampai September 2019 total DPK CIMB Niaga tercatat mencapai Rp 190,33 triliun atau turun 2,1% secara yoy. Penurunan ini disebabkan perseroan tengah fokus mendorong porsi dana tabungan. Tercatat dana tabungan CIMB Niaga naik 5,9% yoy menjadi Rp 56,43 triliun, sementara giro dan deposito masing-masing turun 8,9% dan 2,9% secara yoy.
"Kami tetap fokus di CASA, khususnya tabungan. Kami targetkan tabungan tumbuh 8% tahun ini," terangnya.
Sementara itu, PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) mengaku masih mengandalkan DPK valas sebagai sumber pendanaan. Maklum, Direktur Kepatuhan BWS I Made Mudiastra bilang bahwa beberapa kredit perseroan memang mengharuskan valas. Alhasil, 40% dari total DPK perusahaan masuk dalam mata uang asing. "DPK valas tetap perlu untuk kredit valas, terutama untuk eksportir," terangnya.
Baca Juga: Bank BNI raih Padmamitra+ Award 2019 dari Gubernur Anies
Meski tak merinci secara detail, Made mengungkap bahwa DPK valas memang cenderung stagnan di kuartal III 2019. Sebabnya, posisi DPK perseroan saat ini dinilai masih cukup untuk memenuhi penyaluran kredit yang dipandang belum terlalu agresif. Dus, perseroan pun tak memiliki target pertumbuhan DPK valas hingga akhir tahun alias hanya tumbuh secara organik.
Sebagai catatan, per September 2019 total DPK BWS tercatat mencapai Rp 19,86 triliun. Jumlah tersebut masih meningkat 27,22% dibandingkan perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp 15,61 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News