Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
Kendati demikian, Dhias memandang bahwa di akhir tahun tingkat net imbalan bisa saja mengalami penurunan. Penyebabnya tak lain disebabkan oleh tren penurunan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 days reverse repo rate (7DRRR). Alhasil, menurut hitung-hitungan perseroan NI bakal terkoreksi sekitar 10 bps di akhir tahun 2019.
"Hal ini terkait respon BNI Syariah atas tren penurunan suku bunga acuan," katanya. Meski ada potensi penurunan, perseroan tetap akan menyasar segmen atau sektor dengan kategori risiko rendah melalui strategi pricing yang kompetitif.
Di sisi lain, bank syariah terbesar dari segi aset yakni PT Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) justru mencatatkan penurunan NI di akhir September 2019 lalu. Dalam laporan keuangan perseroan, NI terpantau turun 6 basis poin secara tahunan dari 6,16% menjadi 6,10%.
Baca Juga: Bunga deposito Bank Mayora dan ICBC Indonesia paling tinggi
Kendati menurun, Mandiri Syariah masih tetap mencatatkan pertumbuhan laba bersih jumbo di akhir kuartal III 2019 sebesar Rp 872 miliar atau naik 100,38% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Selain mengandalkan pembiayaan, laba tersebut juga diperoleh dari peningkatan pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) yang naik 21,45% yoy menjadi Rp 962 miliar.
"Sampai akhir tahun diharapkan masih akan tumbuh, dengan meneruskan strategi yang sekarang. Kami juga lakukan pengkajian strategi setiap 3 bulan," terang Putu Rahwidhiyasa, Direktur Risk Management and Compliance Mandiri Syariah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News