Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati industri perbankan mengalami penurunan margin akibat penurunan suku bunga. Faktanya, perbankan syariah masih relatif mencatatkan margin cukup tinggi.
Setidaknya, dua bank syariah milik bank pelat merah masih mencatatkan peningkatan margin, tercermin dari net imbalan (NI). Kedua bank tersebut yakni PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) dan PT Bank BNI Syariah.
Baca Juga: Kepesertaan dialihkan ke AXA Mandiri, Mandiri DPLK akan ditutup
Merujuk laporan keuangan perusahaan, BRI Syariah mencatatkan NI sebesar 5,58% per September 2019 lalu. Angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan periode setahun sebelumnya yang sebesar 5,28% atau naik 30 basis poin (bps) secara year on year (yoy).
Sekretaris Perusahaan BRI Syariah Mulyatno Rachmanto menjelaskan peningkatan tersebut seiring dengan strategi BRI Syariah untuk melakukan rekomposisi dana pihak ketiga (DPK). "Kami berfokus pada peningkatan dana murah melalui tabungan untuk menekan beban biaya dana," terangnya kepada Kontan.co.id, Selasa (5/11).
Selain itu, bank milik PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) ini menambahkan bahwa peningkatan imbal hasil (yield) juga turut menjadi faktor yang berkontribusi bagi peningkatan NI perusahaan.
Adapun, mayoritas perolehan pendapatan perseroan didapat dari realisasi pembiayaan yang disumbang oleh segmen ritel dan konsumer, yang memiliki yield tinggi. Pihaknya juga memandang ruang peningkatan NI perseroan sampai akhir tahun masih terbuka.
Kendati NI meningkat, BRI Syariah masih mencatatkan penurunan laba bersih. Tercatat per September 2019 perseroan baru membukukan laba bersih sebesar Rp 56,45 miliar atau turun 62,64% secara yoy.
Baca Juga: Soal sengketa penggelapan giro BTN, SAN Finance ajukan peninjauan kembali
Sementara itu, BNI Syariah per September 2019 lalu mencatatkan NI cukup tinggi sebesar 7,43%. Posisi tersebut meningkat jika dibandingkan dengan September 2018 yang sebesar 1,86%. Hal serupa juga terjadi pada net operating margin (NOM) BNI Syariah yang meningkat 44 bps secara tahunan menjadi 1,24%.
Direktur Bisnis SME dan Komersial BNI Syariah Dhias Widhiyati menerangkan peningkatan NI tersebut turut membawa pertumbuhan laba bersih perusahaan. Terbukti, pada kuartal III 2019, BNI Syariah mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 462 miliar atau tumbuh 50,7% secara tahunan.
Kendati demikian, Dhias memandang bahwa di akhir tahun tingkat net imbalan bisa saja mengalami penurunan. Penyebabnya tak lain disebabkan oleh tren penurunan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7 days reverse repo rate (7DRRR). Alhasil, menurut hitung-hitungan perseroan NI bakal terkoreksi sekitar 10 bps di akhir tahun 2019.
"Hal ini terkait respon BNI Syariah atas tren penurunan suku bunga acuan," katanya. Meski ada potensi penurunan, perseroan tetap akan menyasar segmen atau sektor dengan kategori risiko rendah melalui strategi pricing yang kompetitif.
Di sisi lain, bank syariah terbesar dari segi aset yakni PT Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) justru mencatatkan penurunan NI di akhir September 2019 lalu. Dalam laporan keuangan perseroan, NI terpantau turun 6 basis poin secara tahunan dari 6,16% menjadi 6,10%.
Baca Juga: Bunga deposito Bank Mayora dan ICBC Indonesia paling tinggi
Kendati menurun, Mandiri Syariah masih tetap mencatatkan pertumbuhan laba bersih jumbo di akhir kuartal III 2019 sebesar Rp 872 miliar atau naik 100,38% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Selain mengandalkan pembiayaan, laba tersebut juga diperoleh dari peningkatan pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) yang naik 21,45% yoy menjadi Rp 962 miliar.
"Sampai akhir tahun diharapkan masih akan tumbuh, dengan meneruskan strategi yang sekarang. Kami juga lakukan pengkajian strategi setiap 3 bulan," terang Putu Rahwidhiyasa, Direktur Risk Management and Compliance Mandiri Syariah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News