Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
Untuk mencapai target pertumbuhan tersebut BNI di dalam negeri aktif melakukan pendampingan dan advisory kepada eksportir di Indonesia. Selain itu,lanjut Bob, perseroan akan mengoptimalkan peran Kantor Cabang Luar Negeri (KCLN) di Singapura, Hongkong, Tokyo, Seoul, London dan New York dalam memperdalam akses dan pengetahuan pasar di luar negeri untuk dapat memberikan pembiayaan kepada perusahaan Indonesia Related secara selektif dan prudent.
Berbanding terbalik dengan BNI, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) justru mengalami penurunan dari sisi ekspor dan masih mencatat pertumbuhan dari sisi pembiayaan impor. Per November, kredit ekspor perseroan turun 2,8% YoY menjadi sebesar Rp 1,8 triliun dan kredit impor mengalami kenaikan 13,4% YoY menjadi sebesar Rp 5,9 triliun.
Hera F. Haryn, Executive Vice President Divisi Sekretariat dan Komunikasi Perusahaan BCA mengatakan, penurunan kredit ekspor dan kenaikan kredit impor BCA sejalan industri perbankan.
Baca Juga: Diakuisisi Bangkok Bank, Moody's Pertimbangkan untuk Menaikkan Peringkat Bank Permata
Sementara berdasarkan data otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit berorientasi ekspor dan impor dari bank umum masih mengalami masih mengalami pertumbuhan pada kuartal III 2019. Namun, pertumbuhan kredit impor mengalami penurunan, sedangkan pertumbuhan kredit ekspor masih tercatat naik.
Total kredit berorientasi ekspor kepada pihak ketiga bukan bank tercatat sebesar Rp 133,78 triliun atau tumbuh 7,6% dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY). Adapun pada kuartal III 2018 hanya tercatat tumbuh 4,2% YoY.
Sementara kredit berorientasi impor tercatat sebesar Rp 82,39 triliun atau tumbuh 14,3% YoY. Pada periode triwulan III tahun lalu, kredit impor masih tumbuh sebesar 19,4% YoY.
(Dina Hutauruk, M. Osanda)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News