Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah strategi telah disiapkan perbankan guna menekan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) tahun ini. Maklum, tahun lalu rasio BOPO industri perbankan tercatat meningkat tipis.
Dari catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per November 2019 rasionya mencapai 79,89%. Meningkat 140 bps dibandingkan November 2018 sebesar 78,49%. Cuma bank umum kegiatan usaha (BUKU) 1 yang tercatat mengalami penurunan BOPO tahun lalu, sementara rasio BOPO BUKU 2-BUKU 4 kompak menanjak.
Baca Juga: PNS lagi butuh dana? Bisa pinjam di fintech ini
Wakil Direktur PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Herry SIdharta mengamini hal ini. Ia bilang perseroan tercatat mengalami peningkatan BOPO yang cukup signifikan dari 70,1% pada 2018 menjadi 73,2% pada akhir tahun lalu.
“Peningkatan utamanya diakibatkan oleh meningkatnya beban pencadangan kami sebesar 21,2% (yoy) tahun lalu. Ini juga akibat NPL yang naik dari 1,9% pada 2018 menjadi 2,3% akhir tahun lalu,” katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (28/1).
Perbaikan kualitas aset akan jadi fokus perseroan tahun ini guna mengefisiensikan kinerja keuangan. Herry bilang ekspansi bank berlogo angka 46 ini akan dilakukan dengan selektif. Ditambah implementasi sistem analisis kredit serta deteksi dini bagi kredit berkualitas buruk.
Selain menekan biaya, Herry bilang perseroan juga akan meningkatkan pendapatan dengan mendorong kinerja pendapatan komisi dan pendapatan operasinya. “Tahun ini kami targetkan rasio BOPO di kisaran 70%-71%,” sambungnya.
Baca Juga: Amankan likuiditas, Bank BJB terbitkan obligasi berkelanjutan Rp 1 triliun
Di kelas BUKU 3, PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) juga turut mengalami kenaikan BOPO. kuartal III-2019 lalu rasionya mencapai 89,19% meningkat 209 bps dibandingkan kuartal III-2018 sebesar 87,10%.