Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
Agus Sudiarto, Direktur Manajemen Risiko BRI menjelaskan, NPL terbesar terjadi pada segmen korporasi non BUMN. "Dari sektornya yang terbesar datang dari manufaktur. Ada satu debitur yang sudah NPL sejak September 2019," ungkapnya.
Secara rinci, NPL BRI secara bank only dari segmen mikro mencapai 1,18%, segmen konsumer 1,5%, segmen komersial kecil 3,63%, segmen medium 6,79%, korporasi non BUMN 10,75%, dan segmen BUMN 1,1%.
Baca Juga: Di tengah pandemi, BNI optimalkan penghimpunan dana murah
Sunarso menambahkan, pihaknya melakukan pencadangan cukup besar untuk meng-cover resiko kredit. Dari total Rp 25,9 triliun NPL BRI secara bank only per Juni 2020, perseroan menganggarkan coverage ratio 200,3%. Itu meningkat dari rasio pencadangan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 194,6%.
Dari sisi penghimpunan dana, BRI mencatatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara konsolidasi Rp 1.072,5 triliun atau tumbuh 13,5% dari Rp 945,05 triliun pada Juni 2019. CASA menyumbang porsi Rp 598,56 triliun atau 55,81%. Total aset BRI tercatat tumbuh 7,7% menjadi Rp 1.387,76 triliun per Juni 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News