Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), berpotensi kembali mencetak harga tertinggi karena terdorong hadirnya Holding Ultra Mikro (UMi) sebagai sumber pertumbuhan baru bagi perseroan.
Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada mengatakan penawaran harga saham baru BRI Rp 3400 per lembar tergolong sangat menarik. Terlebih, harga saham BBRI saat ini tergolong stabil di kisaran Rp3.800 hingga Rp4.000.
"Tentu ini sangat menarik seharusnya dengan harga seperti itu (Rp3.400). Apa lagi kalau dilihat posisi tertinggi BRI yang pernah dicapai adalah Rp4.950 maka potensi gain-nya cukup tinggi untuk mencetak rekor lagi," katanya dalam siaran pers, Rabu (15/9).
Dia menuturkan BRI punya potensi pengembangan kinerja yang sangat besar dengan pembentukan Holding UMi tahun ini. Seperti diketahui pada Senin (13/9), Menteri BUMN Erick Thohir, Direktur Utama BRI Sunarso, Direktur Utama PT Pegadaian Kuswiyoto dan Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani atau PNM Arief Mulyadi menandatangani Akta Inbreng sebagai salah satu proses pembentukan Holding UMi.
Dia melanjutkan, integrasi strategis ini dapat menjadi peluang besar bagi BBRI untuk mendiversifikasi bisnisnya. Sehingga penetrasi ke pasar pun lebih dalam dan menciptakan ekosistem penyaluran kredit yang kuat untuk memacu pertumbuhan kinerja yang lebih baik di masa datang.
Dia berpendapat investor pun memiliki optimisme terhadap prospek bisnis Holding UMi ke depan, di mana BRI berperan sebagai induk bakal memperkuat ekosistem usaha UMi bersama Pegadaian dan PNM.
Baca Juga: Bank BRI optimistis KTA mampu tumbuh positif hingga akhir tahun
"Bagaimana pun kinerja historis dan prospeknya ini sangat besar dan lebih pasti. Holding pun akan menambah optimisme investor untuk terus mengapresiasi saham BBRI lebih lanjut. Potensi peningkatan harganya juga sangat tinggi," kata Reza.
Optimisme terkait kinerja saham BBRI yang akan kembali mencatatkan rekor harga tertingginya diungkapkan pula pengamat pasar modal sekaligus Founder Indonesia Superstocks Community Edhi Pranasidhi. Dia bahkan mencatat ada 10 investor besar yang melakukan penjualan saham BBRI puluhan juta lot pada 2020.
Menurutnya, hal itu dilakukan untuk menunggu momentum yang lebih baik guna menyerap kembali BBRI di masa datang. Dia berpendapat penerbitan saham guna pembentukan holding adalah momentum yang sangat tepat untuk kembali berinvestasi di BBRI tersebut.
Proyeksi aksi beli dalam jumlah besar ini pun akan mendorong peningkatan harga BBRI yang cukup signifikan. "Sepanjang 2020 ada 10 top brokerage houses melakukan aksi jual. Investor pun harus mewaspadai program buying setidaknya dari 5 investor besar tersebut baik pada sebelum maupun setelah penerbitan saham Bank BRI," ungkapnya.
Edhi berpendapat harga pelaksanaan rights issue BRI sebesar Rp3.400 per saham tergolong sangat murah. Bahkan, keuntungan dapat tetap dicetak investor hanya dengan menggunakan hak dan menjualnya pada hari pertama perdagangan setelah aksi korporasi.
"Maka dari itu, memang akan sangat untung jika menggunakan hak. Ini adalah momentum spesial. emiten yang menjual menerapkan harga di bawah harga pasar itu selalu menarik dan menguntungkan," jelasnya.