Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
Lebih lanjut, Edhi mengatakan investor pun akan mendapat untung lebih besar lagi jika berkomitmen untuk periode yang lebih panjang. "Menebus HMETD berpotensi memberikan return hingga 32% pada harga maksimal Rp5.025 atau 2,5 kali harga buku dalam 12 bulan investasi," ujarnya.
Seperti diketahui sebelumnya, Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno Kumalasari mengungkapkan sekitar 60%-70% dana hasil rights issue untuk modal kerja holding UMi bersama Pegadaian dan PNM.
Adapun sisanya untuk modal kerja bisnis mikro dan kecil. Seperti diketahui, dalam prospektus yang diterbitkan Selasa (31/8), manajemen BRI menawarkan sebanyak-banyaknya 28,213 miliar Saham Baru Seri B atas nama dengan nilai nominal Rp50 per saham atau sebanyak-banyaknya 18,62% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) I.
Harga pelaksanaan rights issue BBRI Rp3.400 per lembar saham. Pemerintah akan melaksanakan seluruh haknya sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya dalam BRI dengan cara penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang (Inbreng) sesuai PP No. 73/2021. Seluruh saham Seri B milik pemerintah dalam Pegadaian PNM akan dialihkan kepada BRI melalui mekanisme inbreng.
Nilai total PMHMETD I yang telah memperhitungkan inbreng serta eksekusi hak Pemegang Saham Publik adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp95,92 triliun. Dari total dana tersebut, nilai inbreng sebesar Rp54,77 triliun dan sisanya Rp41,15 triliun apabila seluruh pemegang saham publik mengeksekusi haknya sesuai porsi masing-masing.
Di sisi lain, Edhi pun angkat bicara terkait masalah terjadinya hang pada sistem The Central Depository and Book Entry Settlement System(C-BEST) yang berfungsi untuk mengeluarkan efek atau dana dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), pada Senin (13/9).
Dia menyebut gangguan hang terjadi karena banyaknya transaksi dan settlement di pasar modal Indonesia. Salah satunya bisa jadi karena transaksi saham BBRI yang sangat likuid. “Iya karena misalnya, misalnya ya. Waktu tebus rights (BBRI),” ujarnya.
Karena itu, kata dia, KSEI disarankan sudah harus meningkatkan sistem teknologi yang dimilikinya. Seperti teknologi yang lebih canggih misalnya menggunakan sistem blockchain. Karena ke depan transaksi akan semakin banyak secara frekuensi dan volume. Dia memperkirakan bulan depan transaksinya akan lebih besar lagi. Karena selain BRI ada pula sekitar 50-an perusahaan yang akan melakukan aksi korporasi yang sama.
Selanjutnya: Holding ultra mikro, ini kata BRI soal penurunan suku bunga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News