kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.209   -29,00   -0,18%
  • IDX 7.108   11,47   0,16%
  • KOMPAS100 1.063   0,60   0,06%
  • LQ45 836   0,73   0,09%
  • ISSI 215   0,25   0,12%
  • IDX30 427   0,78   0,18%
  • IDXHIDIV20 516   2,16   0,42%
  • IDX80 121   -0,02   -0,01%
  • IDXV30 125   -0,09   -0,07%
  • IDXQ30 143   0,32   0,23%

Terganjal banyaknya komisi, bisnis asuransi syariah masih lesu


Kamis, 13 September 2018 / 16:50 WIB
Terganjal banyaknya komisi, bisnis asuransi syariah masih lesu
ILUSTRASI. Ahmad Syaroni, Ketua AASI


Reporter: Umi Kulsum | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis asuransi umum berbasis syariah masih belum memperlihatkan kinerja cemerlang sampai Juli 2018. Meski begitu, hal tersebut diharapkan berangsur membaik di sisa tahun ini.

Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Juli 2018 kontribusi bruto atau premi yang dikumpulkan pelaku usaha asuransi umum syariah mencapai Rp 1,05 triliun. Nominal ini turun tipis dibandingkan periode sama tahun kemarin yang tercatat sebesar Rp 1,08 triliun. Di sisi lain, nilai klaim bruto yang tercatat justru turun 12,25% dari posisi Juli 2017 sebesar Rp 506 miliar menyusut menjadi Rp 444 miliar.

Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Ahmad Sya'roni mengakui, di pertengahan tahun ini tren bisnis asuransi umum syariah masih lesu. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi dalam negeri yang juga masih terlihat belum menggeliat. Alhasil, portofolio pelaku usaha yang dominan merupakan asuransi kendaraan bermotor ikut terdampak.

Tak hanya itu, kebijakan insentif pada down payment (DP) untuk kendaraan berbasis syariah sudah seragam dengan konvensional sehingga tidak ada perbedaan yang dapat mengangkat bisnis syariah.

"Kami melihatnya bisnis asuransi syariah belum bisa bersaing lebih jauh dengan konvensional karena terlalu banyak komisi termasuk engineering fee," kata Sya'roni kepada Kontan.co.id, Kamis (13/9).

Apalagi, secara umum, penetrasi asuransi syariah juga belum beranjak dari angka 5%. Padahal mayoritas penduduk Indonesia sangat dominan beragama muslim. Lebih lanjut, menurut dia, sebetulnya potensi bisnis asuransi umum syariah masih sangat luas. Seperti menggarap segmen individual dengan mengembangkan asuransi mikro.

Saat ini, tantangan dalam memasarkan produk individu memang tidak mudah. Selain dibutuhkan inovasi pengembangan produk untuk bersaing juga pada kecepatan pelayanan kepada nasabah. Hal ini pula yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi para pelaku industri.

"Tahun ini kami masih optimistis dengan potensi yang ada kontribusi masih bisa tumbuh dua digit, diharapkan naik 15%," katanya.

Kenaikan tersebut juga bisa dikatakan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sesuai harapan pemerintah. Dus, hal ini juga diharapkan permintaan kendaraan bermotor juga akan ikut terkerek naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×