Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga akhir tahun 2021, beberapa saham emiten asuransi masih memiliki kinerja positif dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hanya saja, masalah likuiditas masih menjadi isu utama yang membayangi emiten asuransi secara keseluruhan.
Berdasarkan kinerja sepuluh emiten asuransi dengan kapitalisasi terbesar hingga akhir Desember 2021, ada 4 saham asuransi yang masih memiliki kinerja positif jika dilihat secara year-to-date (ytd).
Keempat emiten tersebut, antara lain PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk (LIFE) yang naik 28,91% ytd , PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk (ABDA) naik 4,93% ytd, PT Asuransi Dayin Mitra Tbk (ASDM) naik 7,30%, dan Asuransi Ramayana naik 0,89%.
Menjadi salah satu emiten yang memiliki kinerja positif pada sahamnya, sesungguhnya masih mencatatkan koreksi pada kinerja pendapatan perusahaan. Pada periode Januari-September 2021, ASDM membukukan total pendapatan sebesar Rp 129,52 miliar.
Baca Juga: Bisa Lewat HP, Ini Cara Registrasi dan Aktivasi BNI Mobile Banking
Total pendapatan tersebut susut 3,24% dari periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 133,87 miliar. Rinciannya, pendapatan dari total premi bersih senilai Rp 92,06 miliar, hasil investasi sebesar Rp 13,90 miliar, pendapatan komisi sebesar Rp 23,54 miliar, dan penghasilan usaha lainnya sebesar Rp 27,92 juta.
Kendati demikian, Asuransi Dayin Mitra masih mampu memperoleh laba tahun berjalan senilai Rp 9,53 miliar atau naik 16,07% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 8,21 miliar.
Per September 2021, emiten ini memiliki total liabilitas sebesar Rp 642,30 miliar atau lebih tinggi dari posisi akhir tahun lalu yang sebesar Rp 508,17 miliar.
Direktur ASDM, Purnama Hadiwidjaja mengatakan, total liabilitas mengalami peningkatan sebesar 26,39% pada 30 September 2021 ketimbang pada 31 Desember 2020.
"Peningkatan tersebut terutama disebabkan adanya peningkatan premi bruto dalam periode berjalan sehingga mengakibatkan peningkatan liabilitas asuransi pada pos premi yang belum merupakan pendapatan," jelasnya.
Baca Juga: Jasindo Optimistis Asuransi Marine Hull Tumbuh Positif Tahun 2022
Menjadi salah satu emiten yang memiliki kinerja positif pada sahamnya, ABDA juga ternyata mampu mencatatkan pertumbuhan pada kinerja labanya di kuartal III-2021. Tercatat, laba ABDA naik dari Rp 76,98 miliar menjadi Rp 116,05 miliar pada kuartal tiga.
Sementara Sinarmas MSIG Life mampu membukukan pendapatan premi bruto senilai Rp 1,9 triliun sepanjang paru pertama tahun 2021 kemarin atau naik 46% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp 1,3 triliun.
"Pencapaian tersebut di dorong oleh bancassurance dan single premium unitlinked, serta pertumbuhan tradisional bisnis," kata Presiden Direktur Sinarmas MSIG Life Wianto Chen.
Dalam mendorong pertumbuhan kinerja perusahaan ke depan, Sinarmas MSIG Life akan tetap fokus pada tiga pilar strategi perusahaan. Pertama, pertumbuhan yang difokuskan pada produk-produk ritel berbasis proteksi, terutama asuransi kesehatan dan asuransi tambahan yang tidak terlalu sensitif terhadap volatilitas pasar modal.
Kedua, yaitu inovasi digital agar perusahaan dapat mendorong pengalaman digital yang nyaman dan berkualitas bagi nasabah. Ketiga, terus mendorong budaya organisasi kami untuk orientasi simple, inovasi, agility, dan customer centricity.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya mengatakan, untuk emiten asuransi kinerjanya masih underweight, masih downtrend dan belum ada tanda-tanda perbaikan performa akibat dari dampak pandemi covid-19.
Sementara Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai, proyeksi kinerja saham Asuransi masih dibayangi oleh faktor perlambatan pertumbuhan premi asuransi kredit. "Pada kuartal III/2021 premi asuransi kredit kan masih mengalami kontraksi sebesar 12,2% secara yoy," kata Nafan.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana juga bilang, emiten-emiten asuransi ini masih memiliki likuiditas yang rendah.
"Saham emiten asuransi ini memang transaksinya tidak terlalu ramai di pasar saham. Pandemi Covid-19 juga masih turut berpengaruh pada kinerja industri asuransi. Emiten-emiten yang mampu beradaptasi dengan kondisi pandemi, yang berpotensi bertahan dan berkembang yaitu emiten yang kreatif dalam memasarkan produknya lah yang bisa bertahan. Karena memang saat ini arahnya lebih ke digital," ungkap Wawan.
Wawan menyarankan, jika ingin masuk ke emiten asuransi lebih baik wait and see atau bisa sebagai diversifikasi jika dipergunakan untuk jangka panjang. Karena menurutnya, masih banyak tantangan untuk ke depannya karena kondisi ekonomi yang menurun sehingga membuat pendapatan premi menurun sementara klaim bisa meningkat terutama dari sisi kesehatan dan jiwa.
“Industri asuransi cukup unik karena peningkatan penjualan belum tentu positif untuk pendapatan bersih, mengingat semaik banyak mengambil premi maka potensi klaim juga meningkat, lebih baik fokus pada asuransi yang mampu menumbuhkan laba bersih,” ujar Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News