Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Perbankan nampaknya sudah melakukan antisipasi tren suku bunga single digit. Hal ini bisa dilihat dari beberapa strategi bank pada tahun ini yang mulai menggenjot fee based atau pendapatan jasa dari beberapa sumber. Salah satu contohnya adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Direktur Konsumer Banking BNI, Anggoro Eko Cahyo mengatakan bahwa pada akhir 2016 sesuai dengan RBB pada 2016 bank menargetkan fee based bisa mengalami kenaikan sebesar 6% - 9%. Sebagai gambaran pada 2015 lalu pertumbuhan fee based income hanya sebesar 4,06% menjadi Rp 7,28 triliun.
“Salah satu bisnis yang kami pacu adalah kartu kredit dan bisnis yang terlait dengan elektronik banking,” ujar Anggoro menjawab pertanyaan KONTAN, Selasa, (19/4).
Anggoro mengatakan sampai kuartal 1 2016 lalu, fee based BNI dari bisnis kartu kredit mencapai 17% dari total fee based. Sedangkan untuk bisnis ATM berkontribusi sebesar 14% terhadap total fee based. Sebagai informasi pada kuartal 1 2016 lalu tercatat, fee based BNI baru mencapai Rp 2,2 triliun.
Divisi Bisnis Kartu Kredit PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Corina Leyla Karnaelis mengatakan sampai akhir tahun untuk fee based dari bisnis kartu kredit bisa mengalami kenaikan sebesar 16%.
Corina mengatakan, salah satu startegi BNI dalam menggenjot bisnis kartu kredit adalah dengan memanfaatkan acara atau event.
Sebagai contoh di Garuda Travel Fair 2016, Corina mengatakan, BNI menargetkan akan ada 4000 aplikasi kartu baru. Target aplikasi kartu baru 2016 ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan 2015 lalu yang hanya 3600 kartu kredit. Selain itu total transaksi kartu kredit dari perhelatan acara juga diperkriakan sebesar Rp 1,68 miliar sampai Rp 1,7 miliar.
Untuk bisnis kartu kredit, menurut Corina memang sedikit fluktuatif. Hal ini disebabkan karena puncak kenaikan transaksi ini terjadi pada saat petengahan tahun seperti Juli, Agustus, September ketika ada banyak hari libur.
Selain fee dari kartu kredit Anggoro mengatakan BNI juga akan menggejot fee dari elektronik banking. Hal ini salah satunya dengan mengoptimalisasi mobile banking yang baru diluncurkan beberapa waktu lalu.
Dengan peluncuran mobile banking dan optimalisasi aplikasi internet dan sms banking dibaharapkan fee dari bisnis ebanking bisa mengalami kenaikan dari kuartal 1 2016 lalu. Sebagai informasi, pada kuartal 1 2016 lalu, fee dari ebanking mengalami keanikan 14,3% menjadi Rp 288 miliar. Kebanyakan fee ebanking ini dikontrbusikan dari ATM, internet kemudian sms banking.
Tidak hanya BNI, beberapa bank lain juga menargetkan bisa menaikkan fee based income pada 2016 ini. Bank Bukopin merupakan salah satu bank yang berharap berkah fee based dari transaksi di kanal elektronik. Yakni, transaksi di mobile banking, internet banking dan cash management.
Bank Bukopin menargetkan pendapatan komisi bisa mendaki minimal 10% menjadi Rp 1,3 triliun pada 2016. Salah satu strategi bank milik Grup Bosowa ini adalah meningkatkan transaksi korporasi di segmen pengelolaan kas.
"Untuk meningkatkan transaksi cash management, kami meluncurkan sistem kliring generasi II," ujar Direktur Pengembangan Bisnis dan IT Bank Bukopin Adhi Brahmantya.
Ambisi Bank Bukopin, upgrade sistem kliring ini bisa mendongkrak volume transaksi cash management. Apalagi, tarif kliring yang dibebankan kepada nasabah turun menjadi maksimal Rp 5000 per transaksi.
Target Bank Bukopin, transaksi cash management naik sebesar 10%, sama halnya dengan target pertumbuhan fee based. Selain meningkatkan cash management, Bank Bukopin berencana menambah jumlah mesin anjungan tunai mandiri (ATM) dan upgrade layanan internet banking dan mobile banking.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News