Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
“Sejalan dengan pertumbuhan kredit Bank, pertumbuhan industri pengolahan diproyeksikan tumbuh sebesar 7%-8% di tahun ini,” ujar Susana.
Sementara itu, Direktur Wholesale & International Banking PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Silvano Rumantir juga berpendapat kredit industri pengolahan bisa meningkat sejalan dengan potensi peningkatan permintaan produk dalam negeri yang semakin tinggi mulai dari produk komoditas maupun produk olahan.
“Selain dari dalam negeri, permintaan produk Indonesia juga datang dari luar negeri yang mampu mendukung penguatan devisa,” ujar Silvano.
Baca Juga: Likuiditas Memadai, Undisbursed Loan di BCA Diprediksi Stabil pada Tahun 2024
Oleh karenanya, ia bilang BNI juga terus menganalisa permintaan ini dan bekerja sama dengan para korporasi blue chip sehingga meningkatkan produksi sekaligus kapasitas produksi untuk menjawab potensi di masa depan.
Hingga September 2023, BNI mencatat penyaluran kredit pembiayaan industri manufaktur BNI telah mencapai Rp 133,8 triliun, dengan porsi terhadap total kredit mencapai 20,1%.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Hera F. Haryn pun mengungkapkan bahwa meskipun terus mendukung pengembangan industri manufaktur, perlu dilakukan penyaluran kredit secara prudent.
Namun, ia tetap berharap penyaluran kredit ke industri manufaktur dapat bertumbuh positif selaras dengan prospek perekonomian Indonesia yang positif di tengah tantangan dan dinamika perekonomian global. “Tetap mengkaji peluang serta mempertimbangkan prinsip kehati-hatian,” ujarnya.
Baca Juga: Likuiditas Memadai, Undisbursed Loan di BCA Diprediksi Stabil pada Tahun 2024
Per September 2023, tren penyaluran kredit BCA ke sektor manufaktur masih tercatat tumbuh secara positif. Kredit ke sektor manufaktur sebesar Rp176 triliun per September 2023, atau tumbuh sebesar 10,8% secara tahunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News