Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Meski tren penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) perbankan menunjukkan perlambatan, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) optimistis pembiayaan perumahan bank masih bisa melaju.
Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan KPR pada Oktober 2025 hanya 6,8%. Pertumbuhan ini lebih lambat dari September 2025 sebesar 7,2% dan jauh di bawah level pertumbuhan pada Oktober tahun lalu yang naik 10,8% secara tahunan.
Penurunan KPR ini terjadi meski pemerintah telah menggulirkan sejumlah stimulus, mulai dari pelonggaran rasio loan to value (LTV) hingga 100%, insentif PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk hunian di bawah Rp 2 miliar, sampai perluasan KUR perumahan.
Baca Juga: Gedung Baru BSI Tasikmalaya: Inklusif, Modern dan Ramah Difabel
Sejalan dengan perlambatan itu, kualitas kredit sektor perumahan secara nasional tertekan. Rasio non performing loan (NPL) KPR berada di 3,28% pada Oktober 2025, turun tipis dari 3,31% pada September, namun masih naik signifikan dibanding 2,69% pada Oktober 2024.
Meski begitu, BSI mencatatkan pembiayaan perumahan melalui BSI Griya dalam tren positif. Corporate Secretary BSI Wisnu Sunandar mengatakan, segmen konsumer khususnya pembiayaan rumah menjadi salah satu fokus BSI, sejalan dengan prioritas pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
“BSI mengapresiasi langkah pemerintah dan BI dalam memberikan stimulus untuk meningkatkan demand pembelian rumah. Kebijakan DP 0% sesuai ketentuan PBI memungkinkan masyarakat membeli rumah pertama dengan lebih terjangkau,” ujar Wisnu kepada Kontan, Jumat (5/12/2025).
Hingga September 2025, pembiayaan BSI Griya tumbuh 7,22% secara tahunan dengan outstanding mencapai Rp 59,49 triliun. Wisnu bilang ini menempatkan BSI sebagai salah satu dari enam bank terbesar dalam penyaluran pembiayaan perumahan secara nasional, dengan kualitas pembiayaan yang tetap sehat.
Baca Juga: Jelang Akhir Tahun, BSI Tebar Promo Pesan Tiket Pesawat dan Kereta Lewat BYOND
Wisnu menilai, kebutuhan rumah di Indonesia masih naik. Di BSI, rerata booking pembiayaan mencapai sekitar Rp 1 triliun per bulan, didominasi pembelian rumah pertama di kisaran Rp 500 juta–Rp 2 miliar, serta kebutuhan take over dan renovasi.
“Ini sinyal positif bahwa sektor perumahan tetap diminati meskipun kondisi ekonomi menantang,” ujarnya.
Di samping itu, serangkaian benefit yang ditawarkan BSI Griya turut meningkatkan daya tarik masyarakat. Beberapa kemudahan tersebut antara lain margin kompetitif dan tetap hingga lunas, proses cepat, skema syariah yang transparan, bebas denda, bebas biaya provisi dan appraisal hingga Rp 5 miliar, biaya administrasi mulai Rp 0, serta tenor fleksibel hingga 30 tahun.
“Seluruh manfaat ini menjadikan BSI Griya sebagai solusi yang aman, terjangkau, dan berkelanjutan untuk masyarakat yang ingin mewujudkan hunian impiannya,” kata Wisnu.
Ia optimistis menjelang akhir 2025, penyaluran pembiayaan griya BSI dapat ditutup dengan pertumbuhan yang solid dan tetap sehat.
Selanjutnya: Berlaku 2026! Purbaya Bidik Rp 23 Triliun dari Pungutan Bea Keluar Emas dan Batubara
Menarik Dibaca: 5 Rekomendasi Moisturizer dengan Ceramide, Kulit Awet Muda dan Lebih Sehat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













