Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mengaku membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun dalam memulihkan kinerja pasca mendapatkan investor baru. Maklum, bank syariah pertama di Indonesia ini harus dihadapi kesulitan modal dan kualitas pembiayaan.
Akhirnya, Badan Pengelolaan Keuangan Haji (BPKH) masuk sebagai pemegang saham pengendali dan mengucurkan modal. Selain itu, Bank Muamalat telah melimpahkan aset busuk sebesar Rp 10 triliun untuk dikelola oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).
Oleh sebab itu, total pembiayaan Bank Muamalat mencapai Rp 18,93 triliun pada paruh pertama 2022. Nilai itu turun 32,12% secara tahunan. Namun, sebesar 4,94% bila dihitung dari awal tahun dibandingkan akhir tahun 2021 sebesar Rp 18,01 triliun.
Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K Permana menyatakan pemulihan aset membutuhkan waktu dalam rentang dua hingga tiga tahun. Dampaknya pembiayaan akan cenderung konservatif sejalan dengan pelunasan (run off) dari para debitur.
Baca Juga: LPS Minta Perbankan Antisipasi Pertumbuhan DPK yang Mulai Melandai
"Kita sudah lama tidak melakukan booking, tahun lalu itu kita tidak melakukan booking, negative growth memang. Karena kita modalnya belum masuk, sedangkan ketika modal masuk tidak bisa langsung cepat berlari karena bisa menjadi masalah juga," ucap Permana di Jakarta, Jumat (30/9).
Ia menyatakan lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan. Sehingga, porsi pembiayaan ritel dan korporasi masih 50:50. Ke depannya, Bank Muamalat akan fokus mengoptimalkan pembiayaan sektor ritel dengan menyiapkan berbagai produk KPR dan segmen UMKM.
"Di tahun ini saja pembiayaan UMKM bisa booking Rp 1,2 triliun, dikurangi run off dan sebagainya, pertumbuhan di ritel pun hanya sekitar Rp 1,6 triliun di tahun ini," jelas dia.
Namun, Permana menegaskan pembiayaan saat ini sudah jauh lebih baik, termasuk dari sisi kualitas. Sebab, Bank Muamalat telah menggandeng PPA untuk mengelola Rp 10 triliun aset bermasalah. Ia yakin sisa aset yang ada sehat dan aman.
"Kita bangun dengan aset-aset yang sehat. Aset-aset yang kita buang diganti dengan sukuk tadi di buku kita, pembiayaan pasti turun tapi sukuk nambah, kemudian kita bangun lagi dengan aset yang sehat," tuturnya.
Baca Juga: Tak Mau Ulangi Kesalahan, Bank Muamalat Targetkan Bisa Menjaga NPF Net di Bawah 1%
Oleh sebab itu, Bank Muamalat tidak akan agresif hanya menargetkan bisa menyalurkan pembiayaan sekitar Rp 3 triliun dari segmen ritel dan korporasi. Sehingga memang tidak akan menutup lubang penurunan secara keseluruhan.
"Nggak akan menutupi itu, tahun depan mudah-mudahan setelah situasi ekonomi kondusif lagi, baru kita akan lebih agresif lagi, tim-nya dan infrastruktur juga jauh lebih siap," pungkas Purnama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News