kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waduh, bankir kompak memprediksi NIM bakal melandai sampai akhir tahun


Selasa, 20 Oktober 2020 / 19:54 WIB
Waduh, bankir kompak memprediksi NIM bakal melandai sampai akhir tahun


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam situasi pandemi Covid-19, kemampuan bank untuk mencetak laba alias profitabilitas terus menyusut. Pasalnya, saat ini penyaluran kredit perbankan memang terbilang lesu lantaran jumlah permintaan kredit baru yang sepi, ditambah risiko kredit yang tinggi membuat bank semakin berhati-hati dalam memberikan kredit. 

Praktis, hal ini membuat margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan mengalami penurunan. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2020 posisi NIM perbankan ada pada level 4,43%. Kabar baiknya posisi ini terbilang cukup stabil kalau dibandingkan dengan periode satu bulan sebelumnya. 

Hanya saja, posisi NIM menurut perbankan akan terus melandai seiring belum pulihnya ekonomi. Tanda-tanda itu bisa dilihat dari realisasi penyaluran kredit perbankan di bulan September 2020 yang hanya naik 0,12%. Posisi itu turun dari bulan Agustus 2020 yang masih naik 1,04%. 

Baca Juga: Merger bank syariah BUMN cuma dongkrak bisnis Bank Mandiri?

Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id pun menyerukan hal yang serupa. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) misalnya yang hingga akhir September 2020 mencatat posisi NIM ada di level 5,75%. Walau bisa dibilang tinggi, posisi itu jauh lebih rendah dari rata-rata NIM BRI di tahun-tahun sebelumnya yang di kisaran 6,5%-7%. 

Misalnya saja pada periode yang sama tahun sebelumnya, NIM BRI masih ada di level 6,81%. Menurut Sekretaris Perusahaan Bank BRI Aestika Oryza Gunarto penurunan NIM di tengah pandemi memang terjadi secara natural. "NIM industri perbankan akan mengalami penurunan seiring dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (20/10). 

Dia juga menambahkan, faktor lain yang mempengaruhi NIM BRI tak lain merupakan dampak dari restrukturisasi yang tengah gencar dilakukan perseroan. Semakin tinggi restrukturisasi tentu akan semakin menggerus pendapatan bunga yang diperoleh bank. 

Kalau bank besar masih bisa menjaga NIM di level tinggi, lain halnya dengan bank-bank kecil yang terpaksa menelan pil pahit penurunan NIM. PT Bank Mayora, kelompok BUKU II misalnya yang mencatat NIM di kisaran 4,1%. Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij pun mengamini kalau dibandingkan tahun-tahun sebelumnya NIM memang terus menyusut. 

Baca Juga: Segera gelar RUPS, ini nama-nama calon kuat kursi direktur utama Bank Mandiri

Dibandingkan dengan periode September 2019 lalu, bank milik taipan ini masih mampu menjaga NIM di kisaran 4,94%. Bahkan sampai dengan bulan Juni 2020 NIM Bank Mayora masih ada di posisi 4,2%. "Hal ini disebabkan karena beban operasional bank masih tinggi serta bank masih belum efisien," katanya Irfanto. 

Di samping itu, di tengah pandemi Covid-19 ada banyak debitur perusahaan yang mengajukan keringanan suku bunga kredit. Praktis hal itu membuat pendapatan semakin tergerus. Adapun, sampai akhir tahun Bank Mayora masih percaya diri bisa menjaga NIM di atas 4% melalui upaya efisiensi biaya dana. 

Sedikit berbeda, PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) justru dalam dua bulan terakhir ini mengaku mampu menjaga posisi NIM stabil alias setara dengan Desember 2019 lalu. Asal tahu saja, akhir tahun lalu Bank BWS mencatatkan NIM di level 3,4%. "Awal sampai pertengahan tahun sempat turun, di kuartal III mulai meningkat," kata Direktur Kepatuhan Bank BWS Sadhana Priatmadja. 

Baca Juga: Sudah lebih dari 9.000 cabang bank melayani penukaran UPK 75 RI

Strategi perseroan sejauh ini antara lain dengan menekan biaya dana, alias tidak terlalu membiarkan banyak dana menganggur (idle). Sambil mengupayakan penagihan kredit kepada debitur. Menurut Sadhama, ada potensi NIM bisa naik di akhir tahun, dengan catatan kondisi makro bisa dijaga stabil. "Kalau tidak memburuk, NIM akan stabil atau bahkan naik," imbuhnya. 

Tapi, pihaknya memilih untuk memasang target konservatif lantaran sejauh ini menurut Bank BWS kondisi pandemi Covid-19 masih cukup memberikan dampak kepada kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran. 

Selanjutnya: BI dan OJK sepakat dalam penguatan proses pemberian PLJP/PLJPS kepada perbankan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×