Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan aset perbankan tetap masif di tengah perlambatan kredit akibat pandemi Covid-19. Hal ini tentunya tidak terlepas dari derasnya laju pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan.
Lihat saja, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per September 2020 DPK sudah tumbuh 12,88% secara year on year (yoy) menjadi Rp 6.651 triliun. Padahal laju kredit terpantau stagnan di periode yang sama dengan kenaikan hanya sebesar 0,12% yoy saja.
Hasilnya, menurut data terbaru OJK per Agustus 2020 total aset perbankan masih tumbuh 8,02% yoy menjadi Rp 8.906,96 triliun dari periode setahun sebelumnya Rp 8.245,05 triliun. Tentunya, kenaikan itu lebih banyak didorong dari kelompok BUKU IV yang mencatat kenaikan sebesar 14,14% yoy menjadi Rp 5.010,24 triliun.
PT Bank Mandiri Tbk menjadi salah satu BUKU IV yang ikut menyumbang kenaikan aset perbankan di Tanah Air secara signifikan. Tercatat per Agustus 2020 aset Bank Mandiri secara bank only sudah menembus Rp 1.177 triliun, naik 10,4% dari periode yang sama tahun lalu.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rully Setiawan, dalam situasi perlambatan kredit, aset masih bisa tergerak ditopang dari kenaikan pendanaan yang relatif jumbo. "Kontributor utama pendorong kenaikan aset Bank Mandiri adalah penyaluran kredit dan penempatan pada surat berharga," terangnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (24/10).
Benar saja, kalau merujuk pada laporan keuangan bulan Agustus 2020 Bank Mandiri total penempatan dana di surat berharga Bank Mandiri memang naik 20,56% yoy dari Rp 137,78 triliun menjadi Rp 166,12 triliun. Kemudian, total kredit (bank only) Bank Mandiri di periode yang sama juga tumbuh lebih dari rata-rata industri sebesar 4,78% yoy menjadi Rp 747,22 triliun.
Selain BUKU IV, beberapa bank menengah juga mencatat kenaikan aset cukup signifikan. Salah satunya PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang per September 2020 mengumumkan total aset naik 12,89% secara yoy menjadi Rp 356,97 triliun.
Baca Juga: Kredit komersial jadi andalan saat ekonomi mulai pulih
Salah satu faktor utamanya menurut Direktur Utama Bank BTN Pahala N. Mansury yakni kenaikan dari sisi DPK sebesar 18,66% secara yoy dari Rp 230,35 triliun per September 2019 menjadi Rp 273,33 triliun di akhir September 2020.
"Aset naik 12,92% atau secara tahunan mencapai Rp 41 triliun yang disebabkan oleh DPK kita yang mencapai Rp 273,33 triliun atau tumbuhnya 18,66%," terangnya belum lama ini. Padahal, di kuartal III 2020 pertumbuhan kredit BTN justru mengalami perlambatan sebesar 0,78% yoy akibat dampak dari pandemi Covid-19.
Walau tidak menyebut target, hampir bisa dipastikan aset Bank BTN akan terus bergerak naik signifikan hingga akhir tahun. Sebab, di akhir 2020 Pahala optimis kredit bisa terkerek naik sekitar 2%-3%. "Melihat kredit secara bulana membaik. Kita harap akhir tahun nanti bisa mencapai (pertumbuhan) 2%-3%," pungkasnya.
Tidak hanya bank besar saja rupanya yang mencatat kenaikan total aset. Bank BUKU II yaitu PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank Ina) menyatakan per September 2020 total aset tumbuh signifikan di kisaran 20% secara tahunan.
Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu menjelaskan, ada kemungkinan laju pertumbuhannya tidak akan berbeda jauh di akhir tahun. "Kuartal terakhir hanya tinggal enam minggu saja. Diharapkan bisa mengangkat pertumbuhan rata-rata sampai 5% secara year to date (ytd)," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (25/10).
Menurutnya, pertumbuhan aset tersebut paling banyak ditopang dari DPK Bank Ina yang bisa tumbuh 32% yoy. Kemudian kredit yang juga tumbuh positif sebesar 14% yoy. Namun, secara year to date pertumbuhannya diakui Daniel tak begitu jumbo lantaran hanya di kisaran 3%.
Selanjutnya: Meneropong Prospek Bank Syariah BUMN Hasil Merger
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News