kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Walau likuiditas melimpah, bank besar tetap buka opsi pendanaan


Selasa, 02 Februari 2021 / 19:26 WIB
Walau likuiditas melimpah, bank besar tetap buka opsi pendanaan
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi keuangan di kantor cabang Bank Mandiri Bursa Efek Indonesia Jakarta, Rabu (27/1). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/27/01/2021.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun lalu membuat penyaluran kredit perbankan tersendat. Hal ini pun membuat likuiditas alias pendanaan perbankan menjadi sangat melimpah. 

Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, yang menyebut saat ini likuiditas perbankan masih cukup memadai. Hal ini ditandai oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Desember 2020 mencapai double digit, yaitu sebesar 11,11% secara year on year (yoy). 

Tak cuma itu, OJK juga mencatat saat ini alat likuid perbankan terus meningkat hingga mencapai sebesar Rp 2.218 triliun per 20 Januari 2020. Jauh lebih jumbo dibandingkan dengan periode setahun lalu yang sebesar Rp 1.241 triliun. "Indikator likuiditas perbankan secara industri terjaga baik, dengan kecenderungan meningkat," ujarnya, Senin (1/2). 

Baca Juga: BRI dukung sistem pembayaran jalan tol berbasis MLFF

Meski begitu, sejumlah bank besar mengatakan masih membuka opsi pendanaan di tahun ini. Namun, sebagian besar menyebut hal tersebut sangat bergantung pada kondisi pasar dan pertumbuhan ekonomi di 2021. 

PT Bank Mandiri Tbk misalnya, yang punya rencana penerbitan surat utang berwawasan lingkungan alias green bond bermata uang asing. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi bilang nilai emisi penerbitan ini bisa mencapai US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,23 triliun. 

Walau belum dapat merinci, Darmawan mengatakan bila dibutuhkan dana tersebut bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan likuiditas Bank Mandiri ke depan. Tapi, bank berlogo pita emas ini menjelaskan bahwa saat ini tingkat likuiditas perseroan masih sangat cukup untuk mendukung rencana bisnis di tahun 2021, bahkan hingga tahun 2022. 

Lanjut Darmawan, penerbitan green bond ini merupakan bagian dari surat utang global yang telah disetujui dengan total US$ 2 miliar. Dari total tersebut, Bank Mandiri telah menerbitkan senilai US$ 1,25 miliar sehingga masih tersisa US$ 750 juta. 

Baca Juga: Koperasi tetap ekspansi di tengah pandemi

Sementara untuk penggalangan dana dalam mata uang rupiah, Bank Mandiri menyebut belum punya rencana. Meski sejatinya perseroan masih punya jatah penerbitan obligasi berkelanjutan senilai Rp 19 triliun hingga Mei 2022 mendatang. 

Serupa, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) pun mengatakan belum punya rencana untuk melakukan penerbitan obligasi tahun ini. Akan tetapi, menurut Direktur Utama Bank BRI Sunarso pihaknya memang masih punya jatah penerbitan di tahun ini. 


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×