kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fitch Rating : bank tertekan komoditas dan valas


Kamis, 03 September 2015 / 08:05 WIB
Fitch Rating : bank tertekan komoditas dan valas


Reporter: Christine Novita Nababan, Dea Chadiza Syafina, Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Industri perbankan Indonesia menghadapi tekan berat tahun ini. Tak cuma ekonomi yang lesu serta hilangnya otot rupiah, perbankan juga harus berhadapan dengan anjloknya harga komoditas utama Indonesia,  yakni batubara dan kelapa sawit.  Hasil uji ketahanan terbaru Fitch Rating yang baru keluar 2 September menyebut, secara umum, industri perbankan Indonesia mampu menghadapi badai ekonomi.  

Fitch menyebut, sembilan bank besar di  Indonesia masih mampu bertahan menghadapi tekanan pelemahan rupiah, anjloknya harga komoditas, serta kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). "Ketahanan sembilan bank ditopang kemampuan profitabilitas dan modal kuat," tulis Fitch.
Tapi, anjloknya bisnis di sektor pertambangan dan komoditas telah menekan kinerja bank. Ini tecermin dari kenaikan rasio kredit bermasalah  menjadi 2,58% di Mei 2015. Angka ini naik dari posisi akhir akhir 2014 yang sebesar 2,16%.

Andai kondisi terus memburuk, Fitch meramal, bank-bank tersebut masih akan mampu mencetak keuntungan. Hitungan Fitch, rasio laba sebelum provisi sembilan bank di Indonesia masih tumbuh yakni berkisar 4,5%. Mereka masih bisa mengantongi cuan karena kemampuan laba di atas rasio beban kredit (credit cost) sebesar 3,9% dari total kredit.

Sebagai perbandingan, beban kredit meningkat menjadi 2,1% di semester I 2015 dari posisi 1,4% di 2014. Hanya, Fitch mencatat, bank kelas menengah bakal mendapat tekanan lebih berat di tengah guncangan ekonomi. Pasalnya, bank-bank kelas medium memiliki eksposur lebih besar di sektor komoditas dan kredit dalam valuta asing. "Tapi modal mampu menahan tekanan dan ada bank yang terbantu perusahaan induk asing," tambah Fitch.

Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nelson Tampubolon menilai, berbagai tekanan, utamanya pelemahan rupiah, belum berimbas negatif ke perbankan. Sebab, posisi aset dalam bentuk valas di perbankan, masih jauh lebih banyak ketimbang posisi kewajiban valas. "Malah seharusnya positif untuk neraca bank sehingga belum diperlukan stimulus tambahan bagi perbankan," kata dia ke KONTAN. (2/9).

Direktur Utama Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja menilai, tekanan akan terus memburuk jika kondisi makro masih seperti sekarang. Makanya, bank-bank kelas menengah harus siaga menghadapi tekanan yang lebih berat. Sebagai antisipasi, Lani Darmawan, Direktur Ritel Bank Maybank Indonesia bilang, pihaknya mengurangi porsi kredit korporasi, utamanya ke komoditas.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×