kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Stres test rupiah, OJK yakin perbankan aman


Kamis, 13 Agustus 2015 / 16:12 WIB
Stres test rupiah, OJK yakin perbankan aman


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku sudah melakukan tes ketahanan (stress test) perbankan di tengah pelemahan rupiah belakangan ini. Stres test ini dilakukan OJK dengan melibatkan beberapa perbankan.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad mengatakan, hasil stres test menunjukkan bahwa daya tahan bank terhadap pelemahan rupiah cukup bagus.

Kondisi itu, kata Muliaman, didukung rasio kecukupan modal rata-rata perbankan pada semester pertama yang cukup tinggi. Hal ini bisa dilihat dari rasio CAR perbankan pada semester pertama 2015 yang berada di level 20,28%, lebih tinggi dibandingkan minimal CAR yang disyaratkan OJK sebesar 8%.

“Kami yakin bahwa daya tahan terhadap seluruh gejolak tersebut cukup bagus, artinya kecukupan modal perbankan saat ini masih tinggi,” ujar Muliaman ketika memberikan pidato dalam Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) di Jakarta, Kamis (13/8).

Mengenai stres test ini, Muliaman mengatakan OJK tidak mematok skenario tertentu. Tapi karena melihat tren perkembangan rupiah yang terus melemah dan terakhir (13/08) ditutup di level Rp 13.747 per US$, maka sebaiknya memang skenario awal yang dibuat adalah di level Rp 14.000 per US$.

Namun menurut Muliaman, tidak ada salahnya bank melakukan stres test di atas level yang ada saat ini untuk menguji bagaimana kinerja perbankan nantinya.

Muliaman menambahkan, terkait strest test ini tidak ada panduan khusus dari OJK. Otoritas hanya memberikan panduan terkait bagaimana skenario yang harus diambil perbankan dalam mengatasi krisis. “Ada best scenario, ada optimis dan ada pesimis,” ujar Muliaman.

Untuk mewaspadai efek lanjutan terkait devaluasi Yuan dan naiknya suku bunga The Fed September nanti, OJK akan melakukan beberapa antisipasi dampak terburuknya ke dunia perbankan.

Pertama, kata Muliaman, OJK akan lebih sering melakukan kooordinasi dengan beberapa bank dan lembaga terkait. Nah, dalam diskusi tersebut diharapkan akan ada rencana kerja aksi yang bisa dilakukan bersama antara regulator dan perbankan.

Kedua, otoritas akan mendorong perbankan lebih memperhatikan kolektibiltas dan kualitas kredit. Selain itu, perbankan juga dihimbau agar lebih menjaga rasio permodalan dalam perusahaan mereka. Ketiga perbankan dihimbau agar lebih memperhatikan risiko fluktuasi rupiah terhadap kinerja perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×