kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penetrasi asuransi masih jalan di tempat


Selasa, 24 Mei 2011 / 13:24 WIB
Penetrasi asuransi masih jalan di tempat
ILUSTRASI. Pekerja mengecek mobil di IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (9/1/2019). Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan ekspor mobil pada 2020 sebanyak 250 ribu unit. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww.


Reporter: Christine Novita Nababan |

JAKARTA. Melesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal I-2011 dibandingkan periode yang sama tahun 2010 sebesar 6,5%, ternyata belum bisa mendongkrak penetrasi asuransi komersial. Tingkat pengguna asuransi komersial masih rendah. Lihat saja, penetrasi asuransi terhadap pendapat domestik bruto (PDB) pada kuartal I-2011 hanya naik menjadi 1,78% dari 1,65% di periode akhir tahun lalu.

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mencatat, asuransi jiwa mencatat kontribusi terbesar, yakni 1,21%, naik dari 1,15% di akhir tahun lalu. Sementara, asuransi umum/kerugian hanya menyumbang 0,57%, dari sebelumnya 0,5%.

Sebenarnya, perusahaan asuransi sudah berusaha menggeber perluasan pemasaran asuransi. Lihat saja, PT Prudential Life Assurance, menggenjot pendapatan premi baru hingga Rp 3,1 triliun, tumbuh 42,6% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Lalu Asuransi Bintang. Perusahaan asuransi umum ini juga mampu mengantongi premi baru sekitar Rp 41,93 miliar, tumbuh 22,93%.

Hanya saja, tampaknya pertumbuhan premi itu tidak terjadi di semua perusahaan asuransi. Misalnya, pendapatan premi bersih PT Asuransi Harta Aman turun dari Rp 24,65 miliar menjadi Rp 21,83 miliar.

"Industri asuransi hanya jalan sendiri tanpa dukungan pemerintah, wajar bila pertumbuhannya lambat," kata Kornelius Simanjuntak, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI).

Bandingkan dengan negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. Tingkat pengguna asuransi di kedua negara itu sudah tinggi, lebih dari 10% terhadap PDB. "Pemerintahnya sudah mewajibkan asuransi untuk setiap kendaraan," ujar Koernelius.

Tanpa asuransi, mobil di Malaysia dan Singapura tidak boleh dikendarai. Sementara di Indonesia belum ada aturan seperti itu. "Apalagi, kesadaran berasuransi masih rendah, makanya penetrasi di Indonesia kalah jauh dengan negara tetangga," kata Kornelius.

Potensi besar

Oemin Handayanto, Ketua Bidang Kanal Distribusi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, mengatakan, kondisi ini masih bisa dilihat dari sisi positif. Yakni, ceruk pasar masih besar. Artinya, industri asuransi masih bisa bertumbuh di masa mendatang.

Saat ini, penyebaran asuransi berada di kota besar saja. Itupun hanya menjamah kalangan menengah ke atas. Sementara, masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang memiliki tabungan di bawah Rp 200 juta banyak yang belum tergarap asuransi. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat, ada sekitar 95,13 juta rekening di bank yang masuk golongan itu. "Potensi pasar masih besar, sehingga industri bisa memanfaatkan peluang untuk meningkatkan penetrasi hingga 10%-15%," kata Oemin.

Isa Rachmatarwata, Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK, menyatakan, meski penetrasi asuransi masih kecil, tapi masih ada pertumbuhan. Ia berharap, industri asuransi terus gencar bersosialisasi di masyarakat. "Terutama di masyarakat ekonomi menengah ke bawah karena belum tergarap optimal," kata Isa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×