kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga komoditas naik, NPL tambang membaik


Selasa, 02 Januari 2018 / 18:03 WIB
Harga komoditas naik, NPL tambang membaik


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki awal tahun 2017, harga komoditas tengah mengalami perbaikan. Lihat saja, mengutip berita yang dimuat Kontan.co.id, (2/1) harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2018 di New York Mercantile Exchange berada di level US$ 60,1 per barel per 29 Desember 2017 atau naik 5,6% secara tahun berjalan atau year to date (ytd).

Adapun, harga batubara mencapai US$ 99,45 per ton alias tumbuh 28,9% ytd.

Kendati tengah mengalami perbaikan harga, sejumlah bankir menilai belum akan menggenjot kredit ke sektor tersebut lantaran harga komoditas dinilai belum stabil.

Ambil contoh PT Bank OCBC NISP Tbk yang masih tetap berhati-hati. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja menyebut pihaknya terbatas dalam menyalurkan kredit ke sektor komoditas.

"Kami tetap biayai juga, seperti batubara, nikel. Kami tidak tutup juga permintaan kredit, tapi karena fluktuasi yang tinggi kami tetap harus hati-hati," katanya saat ditemui di Jakarta, Selasa (2/1).

Lebih lanjut, Parwati menilai perbaikan harga komoditas juga tercermin dari membaiknya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) sektor komoditas. Menurut Parwati, NPL komoditas di perseroan tercatat sudah berada di bawah level 1%.

"Karena portofolionya tidak banyak, NPL komoditas masih di bawah 1%, tahun ini diperkirakan di kisaran yang sama," tambahnya.

Sementara itu, PT Bank Bukopin Tbk menilai perbaikan harga komoditas khususnya sektor pertambangan juga telah berbuah manis. Direktur Keuangan Bukopin Eko R. Gindo menyebut telah terjadi perbaikan NPL dari debitur pertambangan sebanyak Rp 300 miliar di akhir tahun 2017.

"Sudah membaik di pertambangan, tapi tetap kami batasi karena lumayan besar portofolio di situ, sekitar Rp 300 miliar NPL sudah lancar," ungkapnya. Meski begitu, Eko menilai masih ada sekitar Rp 600 miliar kredit bermasalah di sektor pertambangan yang berasal dari setidaknya dua debitur korporasi perseroan.

Sedikit berbeda, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Suprajarto menilai perseroan tidak terkena dampak perbaikan harga komoditas. Pasalnya, kredit BRI ke sektor komoditas tidak begitu besar.

"NPL sektor ini tidak banyak berpengaruh, di kami masih bawah 1%," tutur Suprajarto.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×