Reporter: Christine Novita Nababan |
JAKARTA. PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) berencana mempertebal bisnis dari sektor usaha kecil dan menengah (UKM) dan mikro, terutama lini indirect loan atawa penyaluran kredit tak langsung. Tak tanggung-tanggung, Bukopin bahkan membidik kucuran kredit lewat kerja sama dengan mitranya di sepanjang tahun ini bakal tumbuh 100% dari realisasi tahun sebelumnya.
Tri Joko Prihanto, Direktur Keuangan dan Perencanaan Bank Bukopin memaparkan selama ini keuntungan kredit dari sektor UKM dan mikro lima kali lebih menggiurkan daripada kredit komersial ataupun konsumer. “Di samping alasan ceruk pasarnya yang masih sangat besar dan belum tergarap seluruhnya,” ujarnya ditemui KONTAN akhir pekan lalu.
Adapun, Bukopin telah menggandeng Koperasi Swamitra, Jamsostek, Asabri dan Taspen sebagai mitra penyaluran kreditnya. Meski mengaku belum akan menjalin kerja sama dengan rekanan baru, bank berlambang pohin beringin ini mengincar perluasan kerja sama dengan cabang mitra. Salah satunya, dengan menguasai hingga 1.000 cabang Koperasi Swamitra dalam dua tahun ke depan, dari posisi akhir tahun lalu yang sebanyak 620 cabang.
Sekadar informasi, sampai akhir 2011, utang berjalan untuk lini mikro tercatat sebesar Rp 2,7 triliun. Sebanyak 80% diantaranya mengucur ke kredit tak langsung, dan 20% sisanya ke kredit langsung. Sedangkan outstanding untuk UKM tercatat sebesar Rp 7 triliun. Secara total, kredit yang mengucur sepanjang tahun lalu mencapai Rp 38 triliun. 60% di antaranya mengalir ke sektor UKM dan mikro, 30% ke komersial, dan 10% ke konsumer.
Per akhir tahun lalu, perolehan dana pihak ketiga bank dengan kode saham BBKP ini mencapai Rp 45 triliun (belum diaudit). DPK itu didominasi oleh penerimaan dana mahal atawa deposito, sedangkan 41% sisanya berasal dari dana murah, seperti tabungan dan giro. Apabila dibandingkan dengan DPK, loan to deposit ratio/LDR alias rasio pinjaman terhadap simpanan perseroan berada di kisaran 84% - 85%.
Prihanto berharap, sampai akhir 2012 nanti, Bukopin dapat menghimpun pertumbuhan DPK sedikitnya 15%. Strateginya, antara lain dengan memperkuat model bisnis cash management. “Termasuk menambah jaringan layanan anjungan tunai mandiri (ATM) dan 15 unit kantor baru di 393 titik pelayanan Bank Bukopin,” imbuh Prihanto.
Hingga kini, capital adequacy ratio/CAR Bukopin di kisaran 13%. Diperkirakan akan menjadi 12% pada akhir tahun ini. Untuk memuluskan hal tersebut, rencananya, bank bakal menerbitkan surat utang (sub ordinasi obligasi) pada separo pertama ini. Dengan kebutuhan dana, hitung punya hitung, berkisar Rp 1 triliun untuk modal kerja tahun ini juga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News