Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merger PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) dan PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) tampaknya tetap berlanjut. Meski, sebelumnya ada kabar Hanwha Life akan mengakuIsisi 40% saham NOBU.
Pada perdagangan Selasa (30/4), terjadi transaksi jumbo pada dua bank yang masing-masing dikendalikan taipan Hary Tanoesoedibjo dan James Tjahaja Riady di pasar negosiasi. Nilai transaksi keduanya identik, masing-masing Rp 560,3 miliar.
Saham NOBU diperdagangkan pukul 15.28 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) oleh Ciptadana Sekuritas Asia. Jumlah saham yang ditransaksikan 747.844.300 saham, setara sekitar 10% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh pada NOBU. Harga NOBU ditutup pada Rp 760 per saham, Selasa (30/4).
Baca Juga: Akan Diakuisisi Oleh Hanwha Life, Nasib Merger NOBU dengan BABP Belum Jelas
Harga transaksinya terbagi dua. Pertama, sebanyak 607.859.200 saham ditransaksikan pada harga Rp 750 per saham. Kedua, sebanyak 139.985.100 saham terjadi di harga Rp 745 per saham. Alhasil, total nilai seluruh transaksi berjumlah Rp 56,18 miliar,
Adapun, BABP membuka transaksinya pada pukul 16.29 JATS sebanyak 4.445.899.700 saham, dengan harga Rp 126 per saham. Harga transaksi yang dilakukan lewat MNC Sekuritas ini jauh di atas harga pasar BABP, Rp 50 per saham. Alhasil, nilai transaksi negosiasi 10% saham BABP ini capai Rp 560,18 miliar.
KONTAN sudah menghubungi pihak BABP, NOBU, dan MNC Sekuritas terkait transaksi tersebut. Tapi, belum ada tanggapan.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae menyebut, transaksi saham NOBU dan BABP di pasar negosiasi ini kemungkinan bagian dari aksi merger NOBU dan BABP.
Baca Juga: Jamkrindo dan Bank Nobu Jalin Kerja Sama Penjaminan KUR
Mengacu pada transaksi tersebut, Dian menilai kedua bank Tampaknya masih perlu waktu untuk melakukan outright merger atau penggabungan sekaligus. "Ada beberapa hal belum dapat diselesaikan," kata Dian, Rabu (1/5).
Upaya cross ownership pemegang saham, lanjut Dian, menunjukkan keseriusan keduanya memuluskan jalan merger yang lebih berkelanjutan.
"Cross ownership seperti itu memungkinkan penunjukan manajemen di masing-masing bank, yang secara natural akan dapat menyelesaikan perbedaan yang ada, termasuk siapa yang jadi bank hasil merger," kata Dian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News