Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja investasi Badan Penyelenggaraa Jaminan Sosial (BPJS) Ketenegakerjaan terus menguat meskipun rupiah melemah dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini terlihat dari hasil investasi BPJS Ketenagakerjaan yang naik, walaupun hanya tumbuh satu digit dari tahun lalu.
Deputi Direktur Bidang Humas dan Antara Lembaga BPJS Ketenagakerjaan Irvansyah Utoh Banja mengatakan, sampai Agustus 2018, BPJS TK berhasil mencatatkan hasil investasi sebesar Rp 18,9 triliun. Angka tersebut naik 9% secara year on year (yoy).
“Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan investasi adalah iuran yang dikumpulkan yang meningkat, kemudian kami punya startegi pengelolaan dana yang tepat, mempertimbangkan kondisi pasar dan memenuhi ketentuan regulasi,” kata Utoh kepada Kontan.co.id, Senin (17/9).
Ia menjelaskan, BPJS Ketenagakerjaan selalu mengedepankan strategi dalam membaca kebutuhan likuiditas dan liabilitas dalam setiap program yang dikelola. Terlihat bagaimana lembaga ini menaruh investasi lebih banyak ke surat utang dan deposito, untuk meminimalisir dampak dari gejojak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Terbukti, dari pencapaian BPJS Ketenagakerjaan yang mencatat rasio imbal hasil atau yield on investment (YoI) sebesar 8,70%. Portofolio investasinya ditaruh di surat utang 61%, deposito 9%, reksadana 10%, saham 19% dan investasi langsung 1%.
Di sisi lain, lembaga negara yang bergerak di bidang asuransi sosial ini berinvestasi dalam bentuk mata uang rupiah, dan dilarang mengelola dana dalam bentuk mata uang asing. Alhasil, investasi BPJS Ketenagakerjaan tidak terlalu terpengaruh atas risiko fluktuasi kurs rupiah atas dollar Amerika Serikat (AS).
Sementara dana kelolaan BPJS Ketenagakerjaan sebesar Rp 339,7 triliun, atau meningkat 16% dibandingkan Agustus 2017. Dana tersebut diinvestasikan dalam berbagai sektor seperti sektor keuangan, pertambangan, aneka industri, transportasi dan infrastruktur.
Investasi dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui penempatan di Surat Berharga Negara (SBN), obligasi serta saham BUMN Karya. Penempatan 61% surat utang itu mayoritas ke instrumen SBN, kemudian sisanya ke surat utang korporasi swasta dan BUMN. Sementara saham yang dipilih masih didominasi saham LQ45 dan BUMN Karya.
“Porsi saham LQ45 merupakan mayoritas dari penempatan investasi saham, tapi saya tidak punya berapa angka pastinya porsi dari tiap saham,” ungkapnya.
Sampai dengan Agustus 2018, jumlah peserta terdaftar mencapai 48,7 juta orang atau meningkat 14% yoy. Sedangkan jumlah peserta aktif sekitar 28,8 juta, meningkat 20% dari tahun lalu. Dari jumlah tersebut, iuran yang dikumpulkan mencapai Rp 41 triliun, dan jumlah klaim yang dibayarkan Rp 15,3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News