Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupanya badai pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri financial technology (fintech) belum berakhir. Kini giliran platform peer to peer (P2P) lending PT Akselerasi Usaha Indonesia Tbk (AKSL) alias Akseleran melakukan PHK terhadap 60 karyawannya.
Group CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengatakan bahwa PHK yang dilakukan tersebut merupakan bentuk restrukturisasi internal, agar bisa lebih optimal, efektif dan efisien dalam menjalankan kegiatan usaha sekaligus menyehatkan finansial perusahaan.
“Restrukturisasi internal ini bukanlah jalan pintas yang perusahaan ambil. Group Akseleran sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja keuangan sejak tahun 2020,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (28/7).
Ivan menjelaskan, PHK ini merupakan yang pertama kalinya sejak Akseleran berdiri pada tahun 2017. Dia bilang, Akseleran memastikan bahwa setiap karyawan yang terdampak layoff ini bakal menerima kompensasi sesuai haknya.
Baca Juga: Investree dan Amar Bank Berkolaborasi Fitur Pendanaan Cash-in-Hand Premium
“Perusahaan juga akan memberikan dukungan finansial, profesional, perpanjangan asuransi kesehatan, memberikan laptop, serta arrangement kerja yang fleksibel agar mereka dapat melakukan transisi dan melanjutkan karir ke depannya,” jelas Ivan.
PHK atau layoff di industri fintech cukup signifikan terjadi. Berdasarkan laporan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) atau AFTECH Annual Members Survey (AMS), tercatat 84% responden startup fintech melakukan layoff sepanjang 2022. Bahkan 76% di antaranya tidak berencana untuk menambah tenaga kerja dalam waktu dekat.
Ketua Dewan Pengawas AFTECH Rudiantara menyampaikan, PHK yang terjadi di industri fintech normal terjadi. Menurutnya, jika dibandingkan dengan bisnis konvensional lainnya PHK justru lebih banyak.
“Namanya juga startup perusahaan rintisan, tapi saya yakin pengembangan di bidang talent, beberapa startup justru menambah sumber daya manusianya,” ujarnya dalam peluncuran laporan AMS 2022/2023, di Jakarta, Kamis (27/7).
Rudi menjelaskan bahwa saat terjadi badai di perusahaan startup (tech winter), banyak yang melakukan rekalibrasi dan efisiensi di bidang biaya. Namun, kata dia, setelah badai tersebut berlalu perusahaan akan semakin resilient.
“Kelihatannya akan ada spring setelah tech winter, jadi sudah siap semua, akan semakin resilient, venture capital sudah punya dana banyak lagi, terutama Fed suku bunga itu turun lagi, uang akan mengalir pada startup, salah satunya fintech,” jelasnya.
Baca Juga: Aftech Yakin Badai PHK di Industri Fintech Akan Segera Berakhir
Wakil Sekretaris Jenderal II Aftech Firlie Ganinduto mengatakan PHK ini merupakan langkah terbaik untuk menuju dunia usaha yang lebih sehat. Dia bilang, dua sampai tiga tahun ke belakang tren perusahaan startup menjadi hype, namun menurutnya itu merupakan suatu bubble.
“Jadi itu (bubble) bukan hal yang sehat untuk dilihat, karena perusahaan lebih mengutamakan pencapaian nilai yang tidak merefleksikan kondisi real sektornya seperti apa,” tuturnya.
Firlie menyebutkan bahwa fenomena PHK ini sudah hampir selesai. Katanya, ke depan dia berharap bakal ada kenaikan tenaga kerja.
“Bisnis model itu adalah penyesuaian, seleksi alam pada perusahaan, ketika mereka menemukan bisnis model yang pas mereka akan melakukan recruitment,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News