Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana Standard Chartered Bank (SCB) melepas 44,45% sahamnya di Bank Permata terus menjadi perhatian publik.
Kabar terbaru, calon pembeli potensial saham SCB itu kian mengerucut pada dua investor besar, yaitu PT Bank Mandiri Tbk (Persero) dan Mitsubishi UFJ Financial Group, Inc., atau MUFG.
Sebelumnya, beberapa investor disebut-sebut tertarik untuk menjadi calon pemilik baru Bank Permata. Termasuk konsorsium Texas Pacific Group (TPG)-Northstar Group. Namun, tampaknya kabar tersebut tidak benar.
Catatan saja, sejak tahun 2017 posisi Bank Mandiri sebagai bank terbesar telah disalip oleh Bank BRI. Sampai Desember 2018 total aset Bank Mandiri mencapai Rp 1.202 triliun. BRI masih menjadi bank dengan aset terbesar senilai Rp 1.296 triliun.
Sementara itu sampai akhir tahun 2018 Bank Permata memiliki total aset sebesar Rp 152,75 triliun. Dengan aset yang berpotensi terus meningkat, kepemilikan Permata diperkirakan akan mampu mengembalikan Bank Mandiri sebagai yang terbesar di Indonesia.
Pengamat Perbankan Paul Sutaryono juga mendorong Bank Mandiri untuk mengoptimalkan peluang penjualan saham Stanchart di Bank Permata.
Menurutnya, akuisisi ini juga akan menciptakan konsolidasi perbankan yang masih dibutuhkan oleh industri perbankan nasional.
"Di industri perbankan akuisisi itu hal yang biasa. Dan sebaiknya (saham Permata) diakuisisi oleh Bank Mandiri, karena ini bank besar dan BUMN," ujar Paul saat dihubungi Kontan, Kamis (28/2).
Saat dikonfirmasi Kontan.co.id, manajemen Bank Mandiri belum memberikan tanggapan. Direktur Keuangan Bank Mandiri, Panji Irawan dan Corporate Secretary Bank Mandiri, Rohan Hafas belum menjawab panggilan telepon dari KONTAN. Konfirmasi yang dikirim melalui pesan singkat WhatsApp juga belum direspons.
Sesungguhnya dengan masuknya bank Mandiri aset-aset perbankan nasional tetap dimiliki oleh bangsa sendiri. Kepemilikan asing di perbankan dinilai sudah terlalu besar.
Dalam rencana penjualan saham Bank Permata, kabarnya Stanchart menawarkan harga saham Permata di kisaran 1.9x dari price to to book value (PBV).
Sementara para investor menawar dikisaran 1.5x PBV. Dengan target harga itu Stanchart diperkirakan bakal mengantongi US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun (kurs 1 US$ = Rp 14.000).
Stanchart mengakuisisi 44,5% saham Permata dalam dua tahap transaksi. Pada tahun 2004, konsorsium Stanchart-Astra berhasil memenangkan 51% tender penjualan saham Bank Permata oleh BPPN senilai Rp 1,38 triliun.
Lalu pada September 2006 konsorsium ini kembali membeli 25,9% saham Permata milik pemerintah melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) sebesar Rp 1.8 triliun.
Kedua anggota konsorsium itu lantas meningkatkan kepemilikannya di Permata. Hingga akhir 2018 Stanchart dan Astra memiliki saham di Bank Permata masing-masing 44,5% saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News