kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.855   10,00   0,06%
  • IDX 7.383   69,47   0,95%
  • KOMPAS100 1.121   5,46   0,49%
  • LQ45 876   1,40   0,16%
  • ISSI 225   0,73   0,33%
  • IDX30 448   1,01   0,23%
  • IDXHIDIV20 536   0,07   0,01%
  • IDX80 127   0,45   0,36%
  • IDXV30 130   -0,11   -0,09%
  • IDXQ30 148   0,02   0,01%

Alih-alih Turun, Bunga Simpanan Perbankan Justru Mendaki


Jumat, 29 November 2024 / 10:05 WIB
Alih-alih Turun, Bunga Simpanan Perbankan Justru Mendaki
ILUSTRASI. Kendati suku bunga acuan turun pada September lalu, bunga simpanan perbankan nyatanya tak banyak terpengaruh.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati suku bunga acuan turun pada September lalu,  bunga simpanan perbankan nyatanya tak banyak terpengaruh. Alih-alih turun, bunga simpanan justru tercatat mengalami kenaikan untuk beberapa tenor.

Dalam laporan uang beredar Bank Indonesia (BI) per Oktober 2024, rata-rata suku bunga simpanan untuk tenor 3, 6 hingga 12 bulan yang naik masing-masing menjadi 5,53%, 5,58% dan 5,92%. Pada bulan sebelumnya, rata-rata bunga simpanan untuk tenor tersebut di level 5,52%, 5,55%, dan 5,89%.

Kondisi tersebut sejalan dengan pertumbuhan simpanan berjangka atau deposito yang mengalami perlambatan laju pertumbuhan. Di mana, pada Oktober 2024 tumbuh 5,1% YoY dari bulan sebelumnya yang mampu tumbuh 5,3% YoY.

Baca Juga: Tahan Konsumsi, Masyarakat Kelas Menengah Bawah Pilih Simpan Dananya di Bank

Di sisi lain, Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) yang dilakukan OJK pada kuartal IV/2024 menyebutkan ada beberapa responden yang menyatakan pesimis mencapai mencapai target pertumbuhan DPK sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB) Tahun 2024.

Adapun, salah satu alasan yang disebutkan oleh responden dalam survei tersebut adalah adanya persaingan suku bunga yang cukup ketat antar bank. Di tambah, faktor pertumbuhan kelas menengah ke bawah yang masih terbatas sehingga pertumbuhan pendapatan melambat.

Perlu diakui, saat ini persaingan suku bunga tak hanya terjadi antar bank melainkan instrumen-instrumen lainnya. Sebut saja, instrumen mili BI bernama SRBI yang telah menjadi sorotan karena menawarkan imbal hasil hampir 7%.

Hal tersebut pun diakui oleh Direktur Distribution & Institutional Funding PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), Jasmin yang bilang instrumen-instrumen seperti itu cukup mempengaruhi kebijakan suku bunga simpanan yang dimiliki oleh bank.

“Karena instrumen lain bunganya lebih tinggi seperti SBN, SRBI, dan lainnya,” ujarnya, Selasa (26/11).

Oleh karenanya, ia bilang bahwa ini juga membuat BTN memiliki bunga-bunga spesial untuk beberapa nominal simpanan tertentu. Hanya saja, ia enggan menyebut berapa kisaran bunga spesial yang ditawarkan oleh BTN.

Baca Juga: Daya Beli Menurun, Masyarakat Kelas Menengah Bawah Pilih Simpan Dananya di Perbankan

Namun, secara umum, ia bilang suku bunga simpanan sudah mulai turun, meskipun belum terlihat signifikan. Ini mengikuti suku bunga acuan BI yang juga sudah turun beberapa bulan yang lalu.

“Ini juga akan tergantung kebutuhan likuiditas untuk ekspansi kredit,” ujar Jasmin.

Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan sependapat bahwa saat ini masih terjadi kompetisi harga yang ketat untuk likuiditas. Dampaknya, secara kenyataan bunga simpanan masih belum bisa turun.

Lebih lanjut, ia bilang masih ada potensi bagi bank untuk menaikkan bunga simpanan menjelang akhir tahun ini. Sebab, ia bilang di akhir tahun biasanya bank berusaha untuk menghimpun dana penutupan tahun.

“Di tengah likuiditas di market yang masih ketat,” ujar Lani, Rabu (27/11).

Sebaliknya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjadi salah satu bank yang sudah menurunkan bunga simpanannya sejalan dengan penurunan bunga acuan. Di mana, per 1 Oktober 2024, BCA  menurunkan suku bunga deposito rupiah tenor 3 bulan sebesar 25 bps menjadi 3,00% bagi seluruh tier simpanan.

EVP Corporate and Social Responsibility BCA Hera F Haryn bilang pihaknya memberikan suku bunga deposito dengan tingkat yang mempertimbangkan kondisi likuiditas, situasi pasar, suku bunga Bank Indonesia, hingga kondisi perekonomian domestik maupun global.   

Ia menambahkan pihaknya akan selalu mencermati perkembangan suku bunga BI, dinamika makroekonomi, dan kondisi likuiditas sektor perbankan dalam menentukan kebijakan suku bunga ke depan, baik di sisi kredit maupun deposito.

“BCA  menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat, dengan tetap mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar dan risiko,” ujar Hera.

Selanjutnya: Prakiraan Cuaca Medan Sumatra Utara: Hujan Sore (29 November 2024)

Menarik Dibaca: Okupansi Hotel Mulai Naik Jelang Libur Natal dan Tahun Baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×