Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pengamat dan bankir Tanah Air buka suara terkait peluang bisnis bank tahun depan di era pemerintahan Prabowo-Gibran.
Prospek kredit pun dinilai berpeluang lebih cerah. Pasalnya pemerintahan baru tersebut menjanjikan membawa ekonomi Indonesia tumbuh 8% per tahun. Sejumlah program pun telah disiapkan untuk merealisasikan janji tersebut.
Seperti sektor perumahan yang akan menjadi salah satu program prioritas pemerintahan periode 2024-2029. Tak tanggung-tanggung, pemerintahan mendatang menjanjikan program pembangunan 3 juta rumah per tahun, naik tiga kali lipat dari program sejuta rumah di era pemerintahan Jokowi.
Baca Juga: Bank Mandiri Telah Salurkan Kredit ke Sektor Manufaktur Rp 173,17 Triliun
Selain itu yang juga menjadi program prioritas pemerintahan Prbowo-Gibran yakni, kebijakan pengolahan bahan mentah menjadi produk bernilai tambah tinggi (hilirisasi).
Peran perbankan dalam mendukung program-program pemerintahan baru pun sangat krusial. Ekspansi kredit bisa melaju lebih kencang jika program yang dijanjikan dieksekusi dengan baik.
Tahun ini, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan kredit perbankan akan tumbuh 10%-12%. Per Agustus 2024 penyaluran kredit perbankan tercatat tumbuh sebesar 11,4$ secara tahunan.
PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) pun berharap masa transisi di pemerintahan baru bisa berjalan dengan mulus sehingga kegiatan ekonomi dan termasuk perbankan bisa berlanjut positif.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan menyatakan, bahwa proyeksi pertumbuhan bank untuk tahun depan akan bergantung pada pergerakan suku bunga acuan BI, yang nantinya akan berpengaruh pada biaya dana atau cost of fund bank, apakah akan membaik atau tidak.
“Anggaran pemerintah untuk konsumsi rumah tangga juga telah di perbesar. Ini bisa jadi potensi untuk pertumbuhan pada segmen tertentu seperti ritel dan UMKM,” kata Lani kepada kontan.co.id, Senin (30/9).
Adapun Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) Efdinal Alamsyah menyatakan, jika pemerintahan baru menargetkan ekonomi Indonesia mencapai 8% pada tahun 2025 bukan tidak mungkin bisa tercapai, tetapi tergantung pada beberapa faktor kunci.
Baca Juga: Bank BCA Telah Menyalurkan Kredit ke Sektor Manufaktur Senilai Rp 181,5 Triliun
“Jika pemerintah dapat melaksanakan reformasi yang efektif, mendorong investasi, dan meningkatkan ekspor, serta mengelola inflasi dan stabilitas politik dengan baik, target tersebut bukan tidak mungkin bisa tercapai,” ungkap Efdinal.
Namun, tantangan seperti kondisi global, fluktuasi harga komoditas, dan pemulihan pasca-pandemi juga disebut Efdinal harus diperhatikan.
Menurutnya, kebijakan yang mendukung sektor-sektor produktif dan inovasi juga akan menjadi faktor penentu. Jadi, tergantung pada implementasi kebijakan dan respons pasar.
*Setiap bank kan memang diwajibkan menyusun Rencana Bisnis secara realistis, dengan memperhatikan faktor-faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha Bank; prinsip kehati-hatian; penerapan manajemen risiko; dan asas perbankan yang sehat. Jadi kami akan menyusun RBB secara konservatif,” jelasnya.
Adapun untuk tahun depan, pihaknya optimistis bahwa ekspansi kredit akan mengalami peningkatan. Apalagi jika pemerintahan baru berhasil menerapkan program-program yang pro-bisnis.
“Kami memperkirakan pertumbuhan kredit bisa lebih kencang dibandingkan tahun 2024,” imbuhnya.
Baca Juga: BI Ungkap Risiko Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia
Sementara Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Royke Tumilaar bilang, terkait target bisnis bank di tahun ini pertumbuhannya masih on track. Dengan target dana pihak ketiga (DPK) kira kira 5,5% dan Kredit 10%.
“Untuk target kredit tahun depan kalau bunganya turun kami mau pasang target tinggi untuk kredit di tahun depan,” kata Royke.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai dengan banyaknya program baru yang akan di dorong di pemerintahan berikutnya, akan membuat rencana bisnis bank lebih fokus.
“Misalnya porsi kredit untuk sektor pertanian, perkebunan, itu bisa ditingkatkan. Infrastruktur konstruksi yang berkaitan dengan irigasi, bendungan, ini menjadi salah satu poin dari kenaikan proyeksi kredit tahun 2025 ke depan,” ujar Bhima.
Walau demikian, hal ini disebut Bhima masih ditentukan oleh faktor makro ekonomi. Salah satunya adalah soal stabilitas dari harga komoditas, bagaimana prospeknya di tahun depan.
“Tapi melihat Prabowo cukup berkomitmen untuk mendorong makan bergizi, yang artinya makan bergizi butuh pasokan bahan pangan lokal, itu juga akan mendorong bank lebih tertarik lagi mendanai sektor pertanian dan perkebunan,” katanya.
Bank juga disebut Bhima masih akan wait and see, karena masih tahun pertama, dan tentunya dengan banyaknya tantangan global, geopolitik, dan juga dari sisi APBN ruang fiskalnya cukup sempit yang jadi pertimbangan bank untuk melakukan penetrasi kredit secara lebih agresif lagi tahun depan.
Baca Juga: Nasib SRBI Setelah Suku Bunga Turun, Rencana Exit Strategy Bank Indonesia Disoal
Selain itu juga tentunya bank akan mempertimbangkan dampak penurunan suku bunga. Menurut Bhima itu transmisinya memang membutuhkan waktu, tapi jika melihat tren suku bunga masih terus akan menurun, tentunya bank akan menggunakan momentum ini untuk meningkatkan penyaluran kreditnya.
“Jadi yang terjadi pada rencana bisnis bank adalah menggeser portfolio-nya dari beberapa sektor ke sektor yang mungkin jadi fokus pemerintah ya, terutama bank Himbara. Selain itu untuk proyeksi pertumbuhan kredit mungkin masih akan tumbuh positif, tapi tetap dalam kehati-hatian,” tandasnya.
Adapun Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, terkait RBB bank terutama untuk kredit kemungkinan akan naik karena tren bunga acuan global dan Indonesia yg menurun.
“Namun demikian untuk bisa mencapai 8% dalam beberapa tahun ke depan masih sulit, terutama jika industri manufaktur dimarginalkan, tumpuan tumbuh di atas 5% bergantung industri,” ucap Eko.
Eko memproyeksikan laju pertumbuhan kredit bisa sedikit naik, di kisaran 13%-15%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News