kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Harga Saham Bank Digital Makin Dekat dengan Nilai Wajar


Selasa, 01 November 2022 / 12:55 WIB
Analis: Harga Saham Bank Digital Makin Dekat dengan Nilai Wajar
ILUSTRASI. Bank Digital cetak kinerja positif


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten bank digital mampu menunjukkan perbaikan kinerja terutama dalam penyaluran kredit. Meskipun masih ada beberapa bank digital yang masih mengalami kerugian hingga kuartal III-2022.

Bank digital kompak mencatatkan pertumbuhan kredit maupun pembiayaan syariah. Sedangkan dalam secara profitabilitas, Allo Bank (BBHI) mampu membukukan pertumbuhan 8,5% secara year on year (YoY) per September 2022.

Adapun Bank Jago (ARTO) maupun bank Raya (AGRO) mampu membalikkan rugi bersih menjadi laba bersih. Sedangkan kinerja Bank Aladin (BANK) dan Bank Neo Commerce (BBYB) masih tertekan karena rugi bersih yang semakin membengkak.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyatakan prospek saham bank digital baik bila melihat laporan keuangan di kuartal III-2022. Sebab, investor memang berharap dari kemampuan emiten bank digital membukukan pertumbuhan bisnis dan profit.

Baca Juga: Cek Target Harga Saham ARTO, BBHI, BBYB, dan BANK dari Pilarmas Investindo

Terlebih di masa pandemi, bank digital diuntungkan dengan kemampuan mereka menyalurkan kredit bagi segmen unbankable melalui aplikasi maupun kerja sama dengan ekosistemnya. Meski mengapresiasi kinerja bank digital, Wawan melihat pencapaian itu secara nominal masih relatif kecil.

“Sekelas ARTO dengan kapitalisasi sekitar Rp 70,57 triliun, tapi laba bersih hanya Rp 40 miliar itu kan masih kecil sekali. Dulu sempat valuasinya Rp 200 triliun itu sekelas BBNI, dengan perbandingan aset yang sangat kontras,” ujar Wawan kepada Kontan.co.id pada Senin (31/10).

Ia melihat, ini akan membuat harga saham bank digital akan terus mendekati nilai wajarnya. Sebab, sentimen harapan untuk bertumbuh sudah lewat karena tren kenaikan suku bunga maka pendanaan akan makin mahal.

Ditambah lagi, guna mengoptimalkan pendapatan, bank digital akan fokus memacu kredit. Maka mereka harus menyiapkan pencadangan yang membutuhkan modal.

“Namun, saya cukup gembira dengan kinerja ini, paling tidak model bisnis yang dijanjikan berjalan. Berbeda dengan e-commerce yang valuasinya besar sekali masih rugi. Kalau ini (bank digital) valuasi besar tapi sudah untung,” tambahnya.

Sehingga saat ini tugas bank digital harus mampu mengembangkan bisnis dan perluas layanan dan jangkauan nasabah. Wawan berpendapat tren kenaikan suku bunga malah akan menguntungkan bank digital.

 

Berkaca pada sejarah, saat tren suku bunga yang terjadi di 2013 hingga 2015 dan 2018 hingga 2019, justru emiten dari sektor keuangan malah menguntungkan. Sebab, saat suku bunga naik diiringi kenaikan ekonomi karena kredit tetap tumbuh.

Wawan menekankan bank digital harus mampu terus membuktikan tren pertumbuhan dan laba. Sebab, ketika tidak tercapai maka harus bersiap untuk kembali menurun seperti dalam beberapa waktu terakhir.

“Memang prospek bank digital menarik, namun bagi investor yang mau masuk ke bank digital, harus memastikan bisnis bagus dan likuiditas memadai. Selain itu harus memastikan fundamentalnya, apakah sudah profit. Sebab, saat ini harga sahamnya bergantung pada proyeksi pertumbuhannya,” tuturnya.

Lantaran harga saham bank digital terbilang sangat mahal seperti ARTO dengan PER mencapai 1.306 kali dan PBV di level 8,53 kali. Padahal BBCA yang menjadi emiten bank besar termahal hanya memiliki PER 28,10 kali dan PBV 5,12 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×