kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Antisipasi Efek Konflik Rusia-Ukraina pada Bisnis Internasional, Ini Strategi Bank


Rabu, 09 Maret 2022 / 06:30 WIB
Antisipasi Efek Konflik Rusia-Ukraina pada Bisnis Internasional, Ini Strategi Bank


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memanasnya konflik Rusia - Ukraina membuat perbankan dalam negeri mengukur dampak terhadap bisnis internasional. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, misalnya, akan memperkuat proses analisa pengembangan bisnis dan pembiayaan terutama terkait eksposur bisnis calon debitur ke Rusia dan Ukraina. 

"Kemudian negara lain yang terkait secara proporsional sesuai dengan ketentuan yang berlaku baik secara internal maupun eksternal serta tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian," kata Corporate Secretary Bank Mandiri, Rudi As Aturridha, Selasa (8/3). 

Berdasarkan analisa tim ekonom Bank Mandiri, dampak konflik Rusia dan Ukraina terhadap perekonomian Indonesia khususnya via jalur perdagangan relatif terbatas.

Namun jika berlangsung dalam jangka panjang, maka Indonesia perlu mengambil langkah mitigasi secara komprehensif di sektor-sektor yang potensial terdampak. Kemudian mewaspadai penerusan dampak sistematik konflik ke kawasan Eropa, terutama di sektor perdagangan.

Baca Juga: Jaga Kualitas Kredit, Bank Pupuk Pencadangan

Tak hanya itu, Indonesia juga perlu mengantisipasi potensi kenaikan inflasi Indonesia ke depan akibat tren inflasi impor menyusul adanya ekspektasi kenaikan harga-harga energi dan komoditas dunia.

"Kendati demikian, Bank Mandiri cukup optimistis dapat mendorong pertumbuhan bisnis bank dan merealisasikan laju pertumbuhan bisnis kredit di kisaran 8% pada akhir 2022," terangnya. 

Tak berbeda, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk juga menyebut dampak konflik tersebut terhadap perekonomian nasional  relatif minim. Direktur Treasury dan International BNI Henry Panjaitan berharap konflik tersebut segera berakhir. 

"Demi memberikan kepastian dalam berbisnis, dan menjadikan iklim berinvestasi semakin membaik, sehingga berdampak positif pada perekonomian," kata Henry.

Selain itu, ia berharap kenaikan harga komoditas ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih kuat di dalam negeri. Terlebih, permintaan komoditas serta produk Indonesia kian meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi global. 

Baca Juga: Transaksi Pembayaran Lewat EDC BTN Melesat di Awal Tahun

Impor dari luar negeri juga tumbuh positif seiring peningkatan produksi dan konsumsi di dalam negeri. Di sisi lain, volume perdagangan ekspor BNI tumbuh di kisaran 76,73% yoy. Sementara volume perdagangan impor BNI di kisaran 120,41% yoy pada 2021. 

Bahkan, akselerasi pertumbuhan kinerja ini lebih tinggi dari pertumbuhan perdagangan nasional yang mencapai 41,88% untuk ekspor dan 38,59% untuk impor. Hal ini turut mendorong kenaikan pendapatan berbasis komisi (FBI) dari bisnis trade finance tumbuh 7,46% yoy pada 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×