Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Perbankan sejak awal sudah mengantisipasi potensi turunnya nett interest margin (NIM) dengan melakukan diversifikasi beberapa bisnis. Beberapa bisnis yang potensial di antaranya adalah asuransi, aset manajemen dan wealth management.
PT Bank Mandiri Tbk misalnya, ke depannya akan memperbesar bisnis asuransi untuk mencari alternatif pendapatan. Direktur Keuangan dan Treasury Bank Mandiri, Pahala Mansury mengatakan, bisnis asuransi tentu kita terus kembangkan, namun untuk mengendalikan NIM kita juga akan kembangkan dana murah dan juga menjaga likuiditas,” ujar Pahala kepada KONTAN, Selasa (18/10).
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk juga ingin memperbesar bisnis asuransi untuk langkah diversifikasi produk. “Diharapkan dari situ bank bisa mendapatkan fee dari pendanaan asuransi,” ujar Haru Koesmahargyo adalah Direktur Keuangan BRI kepada KONTAN, Selasa (18/10).
Selain memperbesar bisnis asuransi, BRI juga akan memperbesar fee pendapatan dari transaksi ATM dan kartu kredit.
NIM memang berpotensi mengalami penurunan. Penyebabnya turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia. Kedua, turunnya giro wajib minimum (GWM) sehingga menyediakan tambahan likuiditas di pasar. Ketiga karena pertumbuhan kredit yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
PT Bank Tabungan Negara Tbk juga berencana untuk memperbesar bisnis asuransi dengan menggandeng Jasindo untuk membuat perusahaan asuransi. "Langkah BTN memperbesar bisnis asuransi ini karena bank ingin menambah pendapatan dari fee based income yang saat ini baru 6% dari total pendapatan,” ujar Iman.
Sampai akhir tahun, NIM BRI akan dijaga di angka 4,5% sampai 5 %. Sebagai informasi, sampai Juli 2016, tercatat NIM industri perbankan tumbuh 27 bps yoy menjadi 5,59%. Kenaikan ini lebih rendah dari Juli 2015 sebesar 112 bps yoy menjadi 5,32%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News