Reporter: Dea Chadiza Syafina |
JAKARTA. Meski tidak memiliki eksposur langsung ke pasar Amerika Serikat (AS), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sudah menyiapkan antisipasi menyambut keputusan The Federal Reserve (The Fed).
Direktur Business Banking BNI Krishna Suparto mengungkapkan, salah satu langkah untuk meminimalisir risiko adalah mengerem penyaluran kredit dalam bentuk valuta asing (valas).
"Kami sangat membatasi kredit valas dan pinjaman luar negeri, kecuali migas atau industri yang benar-benar berpenghasilan dalam dollar. Kami juga menjaga cadangan valas yang kami punya," ujar Krishna di Jakarta, Rabu (18/9).
Perlambatan penyaluran kredit valas BNI memang mulai terlihat. Catatan saja, per Juni 2013 porsi kredit valas BNI hanya sebesar 12% dari total kredit Rp 222,65 triliun. Porsi ini menurun jika dibandingkan dua tahun lalu yang mencapai 16% dari total kredit.
Selain itu, BNI juga menjaga Loan Deposit Rasio (LDR) valas di bawah 70% dan porsi sumber dana valas 15% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK). Per semester 1 2013, LDR valas BNI mencapai 69%.
Informasi saja, ekonomi dunia tengah menanti pengumuman kepastian pengurangan stimulus moneter atau tapering Quantitative Easing (QE) tahap 3 oleh Bank Sentral AS. QE 3 merupakan program stimulus berupa pembelian surat utang dari pasar sebesar US$ 85 miliar per bulan.
Para pelaku pasar jelas menyambut positif kucuran stimulus dari The Fed ini. Program pendorong ekonomi ini membuat likuiditas di pasar menjadi sangat cair. Pengurangan stimulus dari semula US$ 85 miliar per bulan dengan ekspektasi pasar dikurangi sebesar US$ 10 miliar menjadi US$ 75 miliar per bulan, diperkirakan akan memberikan dampak bagi negara berkembang yang selama ini memiliki ketergantungan yang cukup besar terhadap dana asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News