Reporter: Dina Farisah | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) realistis memandang lilitan ekonomi saat ini. Pihaknya memangkas proyeksi laba hingga akhir tahun sebesar 20%.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia, Efrinal Sinaga menilai, perlambatan ekonomi menjadi hambatan utama bagi pertumbuhan laba industri pembiayaan. Perlambatan ekonomi juga berdampak pada naiknya rasio kredit macet atau non performing financing (NPF).
Jika akhir tahun lalu, industri pembiayaan membukukan laba sebesar Rp 12 triliun, maka tahun ini pihaknya tidak berharap muluk-muluk. "Laba akhir tahun kemungkinan masih bisa menyamai tahun lalu. Kalaupun di bawah tahun lalu, mungkin turun 20% menjadi Rp 10,8 triliun atau Rp 11 triliun," terang Efrinal, Selasa (4/8).
Efrinal bilang, dampak dari perlambatan ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat. Meskipun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan aturan berupa penurunan uang muka, namun hal tersebut dinilai Efrinal tidak berdampak signifikan. Sebab, tingkat suku bunga masih tinggi.
Apalagi, pada situasi saat ini, dimana pelemahan rupiah masih berlangsung, BI pun tidak mungkin menurunkan suku bunga.
"Kendaraan roda dua sangat sensitif terhadap angsuran. Kalau uang muka turun, tapi cicilan mereka tetap besar, sama saja," ujar Efrinal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News