Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Selain ke perbankan, para eksportir bisa juga mencari pendanaan ke perusahaan pembiayaan. Namun, langkah agresif perbankan kerap memudarkan popularitas perusahaan pembiayaan non-bank ini.
Meski begitu, peluang perusahaan pembiayaan ekspor non-bank tetap terbuka. PT PPA Finance misalnya, membeli piutang bank untuk eksportir. Nantinya, utang eksportir tersebut beralih ke PPA Finance.
Direktur Utama PPA Finance Renny O. Rorong mengatakan, pihaknya memberikan modal pada debitur eksportir korporasi dengan kolektibilitas level dua. Sekadar informasi, dalam standar bank, semakin kecil kolektibilitasnya maka kian sehat kualitas pembayaran utang debitur itu.
Lantaran lebih berisiko, anak usaha Perusahaan Pengelola Aset (PPA) ini bekerja sama dengan PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) untuk menjadi penjamin risiko gagal bayar. Adanya jaminan diharapkan bisa membuat debitur lebih nyaman mengambil pembiayaan ekspor untuk mengembangkan usahanya.
Nanti, ASEI akan menanggung risiko 85% dari total pembiayaan. "Kerjasama ini sejalan dengan misi perusahaan kami yaitu membantu pertumbuhan eksportir," kata Zaafril Razief Amir, Direktur Utama ASEI, Selasa (27/8).
Renny menjelaskan, alasan eksportir mengalami gagal bayar antara lain disebagkan pembeli produk ekspor yang tidak membayar sehingga eksportir merugi. Kondisi perekonomian tak kondusif juga ikut mempengaruhi.
Kerjasama itu akan berjalan satu tahun. Satu debitur diwajibkan untuk melunasi utang Rp 30 miliar dengan plafon hingga tiga bulan. Klien PPA Finance saat ini berjumlah kurang dari lima orang.
Hingga Juli lalu, perusahaan yang bergerak di pembiayaan leasing dan anjak piutang ini meraup laba bersih Rp 4 miliar. Kerjasama ini diharapkan bisa meningkatkan laba dan pendapatan pembiayaan hingga 200%.
Zaafril menambahkan, hingga akhir tahun nanti terdapat dua multifinance yang tertarik untuk melakukan kerjasama serupa. Ia membocorkan, dua multifinance swasta itu bergerak di bidang ekspor dan sewa guna alat berat.
ASEI saat ini memang sedang menggenjot bisnis asuransi ekspor lantaran perolehan premi terbesarnya masih dari asuransi kerugian. Untuk menggemukkan segmen ini, ASEI mematangkan persiapan pembentukan konsorsium asuransi khusus perdagangan ekspor dengan skema cost, insurance, freight (CIF).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News