kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.806   -11,00   -0,07%
  • IDX 7.495   15,66   0,21%
  • KOMPAS100 1.160   5,20   0,45%
  • LQ45 920   6,64   0,73%
  • ISSI 226   -0,42   -0,18%
  • IDX30 475   4,07   0,87%
  • IDXHIDIV20 573   5,09   0,90%
  • IDX80 133   0,84   0,63%
  • IDXV30 140   1,19   0,85%
  • IDXQ30 158   1,00   0,64%

Aset BTPN tembus Rp 101 triliun pada 2018, berikut penopangnya


Kamis, 24 Januari 2019 / 17:07 WIB
Aset BTPN tembus Rp 101 triliun pada 2018, berikut penopangnya


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) mencatatkan kinerja positif pada tahun lalu. Hingga akhir Desember 2018 BTPN sudah memiliki aset sebesar Rp 101,9 triliun atau tumbuh 7% dibandingkan tahun sebelumnya atau year on year (yoy) senilai Rp 95,5 triliun.

Salah satu penopang aset BTPN antara lain disumbang realisasi kredit yang mencapai Rp 68,1 triliun, tumbuh 4% yoy. Selain itu, dari segi pendanaan BTPN mencatatkan realisasi sebesar Rp 80,5 triliun pada tahun lalu atau meningkat 5% secara yoy.

“Kami bersyukur atas pencapaian ini. Berkat dukungan semua pihak, BTPN tumbuh luar biasa dalam satu dekade terakhir dan masuk ke jajaran bank dengan aset di atas Rp 100 triliun. Setelah resmi merger, BTPN tentu memiliki kesempatan untuk menjadi lebih kuat dan lebih besar lagi,” kata Direktur Utama BTPN Jerry Ng dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Kamis (24/1).

Sejak pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia pada Maret 2008, BTPN bertumbuh secara signifikan. Selama 10 tahun terakhir, aset melonjak 10 kali lipat dari Rp 10,6 triliun per Desember 2007. Begitu pula kredit dan dana pihak ketiga (DPK) yang saat itu masih senilai Rp 7,85 triliun dan Rp 8,80 triliun. “Kami bangga bisa membawa merger dengan kondisi yang sangat sehat dan kuat,” kata Jerry yang akan mengakhiri masa jabatannya pada akhir Januari ini.

Selain menapak ke level yang lebih tinggi, BTPN juga semakin efisien dan kompetitif. Hal ini merupakan hasil dari program transformasi dan inovasi digital yang digulirkan manajemen sejak tiga tahun terakhir. Inovasi diwujudkan melalui produk baru berbasis digital antara lain BTPN Wow! dan Jenius. Sedangkan transformasi digulirkan dengan mengubah konsep pelayanan dari bank-centric, menjadi customer-centric.

Transformasi dan inovasi digital memangkas biaya operasional, sehingga rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio/CIR) menjadi lebih baik. Biaya operasional rutin perusahaan BTPN selama Januari-Desember 2018 tercatat Rp 3,48 triliun, turun 12% dari periode yang sama 2017 sebesar Rp 3,93 triliun. Penurunan biaya ini membuat pendapatan operasional bersih (net operating income) meningkat 12% menjadi Rp 5,2 triliun meski pendapatan operasional (operating income) hanya tumbuh 2% menjadi Rp 10,2 triliun. Rasio biaya terhadap pendapatan turun dari 69% pada 2017 menjadi 56% pada 2018.

Sementara itu rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) sebesar 25% dan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sebesar 1,24%. Rasio pinjaman terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR) berada di level 96%. Biaya operasional yang lebih rendah dan fokus pada pertumbuhan yang berkualitas ini memberikan hasil positif. Laba bersih BTPN (net profit after tax/NPAT) tahun 2018 mencapai Rp 1,97 triliun, melonjak 61% dari periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp 1,22 triliun.

Terkait agenda merger dengan SMBCI, Jerry menjelaskan, BTPN telah mengantongi izin penggabungan usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 19 Desember 2018 dan juga persetujuan dari Japan Financial Sector Authority (JFSA) pada 18 Januari 2019. Setelah mendapatkan restu ini, masih terdapat beberapa tahapan proses administrasi yang harus dilalui pada otoritas-otoritas terkait. 

Setelah semua tahap ini terlewati, bank hasil penggabungan dari BTPN dan SMBCI segera beroperasi sebagai bank baru. “BTPN yang baru akan memiliki aset lebih dari Rp 180 triliun. Produknya menjadi lebih lengkap dan segmen pasar yang dilayani akan semakin beragam,” tutup Jerry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×