kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aset perbankan diyakini bakal naik lebih tinggi tahun ini, berikut alasannya


Jumat, 26 Februari 2021 / 06:50 WIB
Aset perbankan diyakini bakal naik lebih tinggi tahun ini, berikut alasannya


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang menghantam perekonomian Tanah Air turut menggoyahkan laju kredit perbankan. Data terbaru dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan, per Januari 2021 kredit perbankan masih terkontraksi -2,1% secara year on year (yoy).

Realisasi itu praktis melanjutkan penurunan dari Desember 2020 lalu yang susut -2,7% yoy. Meski begitu, perlambatan kredit tidak terlalu mengganggu pertumbuhan aset perbankan yang masih tumbuh positif. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total aset masih tumbuh 7,18% yoy menjadi Rp 9.117,91 triliun per 2020 lalu. Pertumbuhan itu malah lebih tinggi dibandingkan kenaikan di tahun sebelumnya yang hanya 6,13% yoy. 

Melihat pencapaian itu, sejumlah bank besar yang dihubungi Kontan.co.id optimistis tahun ini pertumbuhannya akan lebih baik. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) misalnya mengatakan tahun lalu aset masih tumbuh 6,7% dan menembus Rp 1.511,81 triliun. 

Pencapaian itu tentunya membuat Bank BRI tetap kokoh sebagai bank dengan aset terbesar di Indonesia. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menegaskan tahun ini aset dipastikan tumbuh lebih tinggi. 

Baca Juga: Bank Syariah Indonesia (BRIS) masuk 10 besar emiten berkapitalisasi pasar terbesar

Sebabnya, di tahun ini BRI mematok pertumbuhan kredit di kisaran 6%-7% secara yoy. Jauh lebih tinggi optimis dibandingkan pencapaian pertumbuhan di tahun lalu sebesar 3,89% secara tahunan. 

Untuk mencapai target itu, BRI akan tetap memaksimalkan kredit ke segmen andalannya yakni UMKM. Asal tahu saja, tahun lalu BRI menyalurkan kredit sebesar Rp 938,37 triliun. Dari jumlah itu sebanyak Rp 770,65 atau sekitar 82,13% memang masuk ke UMKM. 

Meski begitu, pertumbuhan aset rupanya tidak menjadi acuan pengembangan bisnis di tahun ini. Aestika menilai, penjagaan kualitas aset lah yang akan menjadi fokus. 
"BRI memilih untuk lebih meningkatkan pencadangan dibandingkan mengejar keuntungan dengan tujuan mengantisipasi berbagai risiko ke depan," terangnya, Kamis (25/2). 

Senada, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) tak kalah yakin kalau tahun ini aset bakalan tetap tumbuh. Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraeni memproyeksi aset perseroan bakal tumbuh 6%-7% di 2021. 

Prediksi itu lebih optimistis dibandingkan aset BNI yang sudah tumbuh 5,4% yoy dari Rp 845,6 triliun menjadi Rp 891,34 triliun sepanjang 2020. "Dalam situasi perlambatan kredit, aset masih bisa tergerak ditopang dari DPK yang tumbuh 10,6% yoy menjadi sebesar Rp 679,5 triliun tahun lalu," kata Novita. 

Adapun, strategi peningkatan aset menurut perseroan akan sejalan dengan upaya BNI dalam menumbuhkan kredit tahun ini. Salah satunya dengan berusaha menekan biaya dana (cost of fund) sehingga suku bunga kredit bisa ditekan rendah. 

Walau demikian, bank berlogo 46 ini menegaskan kalau kenaikan aset tidak hanya dinilai dari penyaluran kredit, tetapi juga kualitas yang disalurkan. Dus, semakin tinggi rasio kredit macet (non performing loan/NPL), maka aset bisa saja tergerus karena sebagian dari modal yang harus disisihkan untuk pencadangan. 

Berkaca pada fakta tersebut, BNI ke depan akan meningkatkan mitigasi risiko untuk menjaga kualitas aset tetap terjaga. 

Baca Juga: Rancangan Ketentuan Pendirian Bank Digital, Modal Awal Rp 10 Triliun untuk Bank Baru

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga sepakat kalau peningkatan aset tak terganggu walau di tengah pandemi. Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menjelaskan di tahun lalu BCA bahkan mencatatkan aset tumbuh 17% yoy dari Rp 917,99 triliun dan menembus Rp 1.075,6 triliun. 

Dia menambahkan, kenaikan aset itu sejalan dengan kinerja dana pihak ketiga (DPK) yang sehat, dimana CASA tumbuh 21% yoy, mencapai Rp 643,9triliun. Sementara itu, deposito berjangka meningkat sebesar 14,0% yoy menjadi Rp 196,9 triliun. Secara total, DPK naik 19,3% yoy menjadi Rp 840,8 triliun di tahun 2020.

Meski berhasil mencatatkan aset tumbuh signifikan, Vera menyebut pihaknya tidak mematok target spesifik untuk pertumbuhan aset di 2021. Sebab, di tengah tantangan pandemi Covid-19 ini kondisi ekonomi sukar untuk ditebak. 

"Namun, kami  berharap bahwa geliat industri secara keseluruhan akan segera pulih sejalan dengan berbagai kebijakan pemerintah, regulator, dan otoritas perbankan," pungkasnya. 

Selanjutnya: BI Pangkas Suku Bunga Acuan, Imbal Hasil Saham Makin Menarik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×