kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.307   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.839   -30,45   -0,44%
  • KOMPAS100 989   -6,64   -0,67%
  • LQ45 760   -4,85   -0,63%
  • ISSI 223   -0,20   -0,09%
  • IDX30 391   -3,76   -0,95%
  • IDXHIDIV20 455   -5,90   -1,28%
  • IDX80 111   -0,62   -0,56%
  • IDXV30 113   -0,92   -0,81%
  • IDXQ30 127   -1,14   -0,89%

Asing semakin kuasai pasar asuransi jiwa


Selasa, 26 April 2011 / 14:37 WIB
Asing semakin kuasai pasar asuransi jiwa
ILUSTRASI. Ini peraturan yang harus dipatuhi ketika berwisata ke Candi Borobudur dan Ratu Boko. ANTARA FOTO/Anis Efizudin/aww.


Reporter: Anaya Noora Pitaningtyas, Adi Wikanto |

JAKARTA. Industri asuransi jiwa memang mencatatkan kinerja kinclong di 2010. Sayang, kontribusi terbesar bukan berasal dari perusahaan asuransi lokal. Dengan kata lain, kini perusahaan asuransi yang sahamnya dikuasai investor asing semakin mendominasi di pasar. Semakin lama, bukan tidak mungkin, perusahaan asuransi domestik hanya bisa menikmati remah-remah industri ini.

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mencatat, aset industri asuransi jiwa mencapai Rp 183,09 triliun di akhir 2010. Angka itu naik 29% dibanding 2009 dan menyumbang 79,25% dari aset industri asuransi di Indonesia.

Sebagian besar aset itu dikuasai perusahaan asuransi milik investor asing. Di ranking pertama ada PT Prudential Life Indonesia dengan aset Rp 25,14 triliun atau 13,73% dari seluruh industri asuransi jiwa. Jumlah ini melesat 45,12% dibanding 2009.

94,6% saham asuransi ini dimiliki Prudential Corporation Holdings Limited. Sementara, investor lokal, PT Sasana Dwi Paramitra, hanya menguasai 5,4%.

Perusahaan sejenis lainnya, seperti PT Allianz Life Indonesia, juga meraih pertumbuhan aset tinggi, yakni 38%, menjadi Rp 11,3 triliun. Kemudian, aset PT Manulife Indonesia berkembang 60% menjadi
Rp 16,5 triliun.

Bandingkan dengan perusahaan lokal seperti PT Asuransi Jiwasraya. Perusahaan yang telah malang melintang sejak zaman penjajahan Belanda, ini hanya memiliki aset Rp 7,2 triliun. PT Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera yang pernah berjaya pun kalah dengan asuransi modal patungan tadi. Pada 2009, AJB hanya memiliki aset Rp 13,5 triliun. Perusahaan ini belum mempublikasikan angka asetnya di tahun lalu.

Direktur Utama Asuransi Jiwasraya Hendrisman Rahim mengakui, pertumbuhan asuransi asing lebih besar daripada perusahaan lokal karena mereka sangat ekspansif menyebar agen dan menyediakan produk inovatif. Produk yang dimaksud adalah unitlink.Terbukti, produk gado-gado berisi asuransi dan investasi ini menyumbang lebih dari 90% pendapatan premi di perusahaan asuransi asing.

Unggul jangkauan

Meski begitu, Jiwasraya tak gentar bersaing dengan perusahaan asuransi asing. Hendrisman yakin, demam unitlink tak akan berlangsung selamanya. "Di Jiwasraya, sebaran preminya lebih merata. Unitlink hanya menyumbang Rp 480 miliar dari Rp 2,6 triliun premi baru," jelasnya, Senin (25/4).

Selain itu, asuransi lokal memiliki jaringan lebih kuat. "Kami sudah menembus daerah-daerah terpencil, sementara mereka baru memulai masuk kawasan itu, sehingga kami lebih pengalaman," imbuh Hendrisman.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Stephen Juwono juga berpendapat, asuransi lokal tidak perlu khawatir bersaing dengan asing. "Asuransi asing unggul di teknologi, tapi asuransi lokal unggul dalam jangkauan pasar," katanya.

Yang penting, asuransi lokal harus meningkatkan risk management dan menyelenggarakan perusahaan dengan baik. Selain itu, kualitas agen juga harus ditingkatkan. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×