Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pada 2016, PT Asuransi Bangun Askrida akan spin off unit usaha syariahnya. Pemisahan unit usaha dari induknya itu untuk menopang pertumbuhan bisnis syariah yang saat ini tengah naik daun.
Ai Sobaryadi, Direktur Utama Askrida mengatakan, sejak unit usaha syariah Askrida bergulir empat tahun silam, pertumbuhan pendapatan preminya selalu melampaui 30%. Padahal, produk-produk asuransi berbasis syariah yang ditawarkan ke pasar belum sebanyak yang ditawarkan sang induk.
Asuransi kredit, misalnya, yang menjadi bisnis inti Askrida dan berkontribusi 60% terhadap total premi belum terdapat di produk asuransi syariah. Saat ini, lini usaha syariah baru menggarap properti, rangka kapal dan pengangkutan, dan kendaraan bermotor.
“Karenanya, kami ingin segera melakukan spin off unit usaha syariah Askrida. Sehingga, lebih leluasa bergerak, lebih fokus dalam aktivitas usahanya agar bisa tumbuh lebih kencang. Kami menyiapkan ini (spin off) dalam 1 – 2 tahun ke depan lah,” ujarnya, kemarin (2/7).
Adapun, persiapan yang paling kentara, yakni terkait modal minimum. Saat ini, modal Askrida Syariah baru mencapai Rp 48 miliar. Sesuai aturan yang berlaku, modal minimum perusahaan asuransi murni syariah harus sebesar Rp 50 miliar. “Ini kami tidak khawatir. 54 pemegang saham kami justru ingin menyuntik modal,” terang Ai.
Saat ini, kontribusi Askrida Syariah kurang dari 5% terhadap total premi induk usahanya yang sebesar Rp 1,082 triliun di akhir tahun lalu. Perseroan ingin meningkatkan kontribusi syariah dengan menggenjot aktivitas usaha. Salah satu upaya dengan merilis produk anyar, seperti liability doctor, asuransi tanggung gugat untuk tuduhan mal-praktik dokter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News