kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asuransi Jasindo Targetkan Laba Tumbuh Rp 100 Miliar pada 2023


Minggu, 12 Februari 2023 / 16:17 WIB
Asuransi Jasindo Targetkan Laba Tumbuh Rp 100 Miliar pada 2023
ILUSTRASI. PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) membidik laba akan bertumbuh sekitar Rp 100 miliar dari tahun 2022


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah fokus penyehatan yang dilakukan, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) membidik pertumbuhan laba Rp 100 miliar dari tahun lalu.

Jika mengacu pada laporan keuangan per 31 Desember 2022, Asuransi Jasindo mencatatkan laba setelah pajak senilai Rp 250 miliar dari tahun sebelumnya Rp 9,1 miliar. Itu berarti, laba yang dibidik Asuransi Jasino tahun ini ada di kisaran Rp 300 miliar.

“Ya semoga bisa sekitar Rp 300 miliar,” ujar Direktur Bisnis Jasindo Syah Amondaris.

Baca Juga: Pada Tahun Ini, Jasindo Bakal Tetap Fokus pada Penyehatan Keuangan

Meski demikian, pria yang akrab disapa Aris ini mengungkapkan bahwa fokus perusahaan tahun ini semata-mata tak mengejar laba. Melainkan, Asuransi Jasindo akan lebih menargetkan untuk bisa membuktikan kesehatan perusahaan.

Maklum, perusahaan baru saja selesai untuk mengembalikan RBC perusahaan di atas ketentuan minimal 120% dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Saat ini, RBC perusahaan ada di level 137,21%.

“Kami memulai bisnis dengan ketentuan RBC yang berlaku tetapi dalam kondisi yang kata orang dibayangi krisis,” ujar Aris.

Dengan kondisi tersebut, ia menegaskan bahwa pihaknya akan konsentrasi terhadap produk-produk untuk segmen korporasi. Misalnya, asuransi properti, asuransi marine hull, asuransi marine cargo, asuransi energi, dan asuransi pihak ketiga.

“Segmen korporasi memberikan kontribusi yang positif bagi kami selama ini,” imbuhnya. 

Baca Juga: RBC Telah Penuhi Ketentuan OJK, Jasindo Optimistis Bisnis Bangkit

Sementara itu, pihaknya akan meninggalkan produk-produk yang bukan kompetensi. Sehingga, untuk sektor ritel akan lebih dijajaki pada model bisnis yang sifatnya B2B2C atau dari bisnis ke bisnis ke konsumen.

Ia pun optimistis dengan fokus ke produk-produk semacam itu tak akan terulang lagi kesehatan keuangan yang di bawah ketentuan seperti yang terjadi pada akhir 2021 dimana posisinya pada -84,85%.

“Mudah-mudahan tidak karena kita sudah ukur,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×