Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Industri asuransi jiwa keranjingan berinvestasi di pasar modal. Akibatnya, porsi investasi di saham dan reksadana menggemuk. Menilik data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai September 2016, industri asuransi jiwa memiliki dana investasi Rp 332,5 triliun. Dana tersebut meningkat 17,4% dibanding posisi akhir 2015 yang sebanyak Rp 283,1 triliun.
Dari jumlah itu, penempatan dana di instrumen saham mencapai Rp 104,3 triliun atau setara 31,3% dari total investasi. Jika dibandingkan dengan akhir 2015, investasi saham perusahaan asuransi jiwa meningkat 26,42% dari Rp 82,5 triliun. Porsi investasi saham pun meningkat dari tahun lalu 29,1%.
Setali tiga uang, porsi penempatan dana di reksadana pun meningkat. Pada Desember 2015, porsi investasi di reksadana mencapai 24%. Nah, per September 2016, porsi investasi reksadana mengembang menjadi 26,6%.
Penempatan dana di instrumen surat berharga negara (SBN) juga meningkat. Dari porsi 15,9% di pengujung 2015 menjadi 16,5% per September 2016. Sedangkan keranjang obligasi korporasi, porsinya naik dari 8,7% menjadi 8,8%.
Presiden Direktur PT Capital Life Indonesia Antony Japari pun mengaku telah menggeser portofolio investasi perusahaannya. Hal tersebut dilakukan untuk mendorong perolehan imbal hasil yang lebih baik. Capital Life ingin memanfaatkan momen peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Selain tren positif dari pergerakan pasar saham, pertimbangan lain adalah perkembangan bisnis seperti meningkatnya jumlah nasabah. Ini membuat Capital Life harus mengalokasikan lebih banyak investasi di instrumen jangka panjang sesuai dengan karakteristik asuransi jiwa yang juga bersifat long term.
Antony mengatakan, saat ini porsi dana di deposito masih mendominasi yakni sekitar separuh dari total investasi Capital Life. Namun seiring berjalannya waktu porsi investasi di saham dan reksadana akan terus ditambah. "Saat ini porsinya 30%," kata dia.
Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim memperkirakan, tren peningkatan investasi di saham dan reksadana bakal berlanjut sampai akhir tahun. "Industri masih akan menambah kepemilikan di SBN sesuai aturan OJK," ungkap dia.
Peningkatan investasi di saham dan reksadana berasal dari pengalihan dana deposito. Sebab tren suku bunga terus menurun. Pelaku industri berharap dengan strategi ini bisa mendorong imbal hasil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News